Kamis, 26 Mei 2016

Ayo, menanamlah sekarang juga

Assalamu’alaikum ww.

Masa kecilku, dibesarkan di sebuah perkampungan di kota Solo, Jawa Tengah. Di pekarangan rumah yang tidak terlalu luas, Bapak menanam dua pohon mangga gadung atau sering kali juga disebut mangga Probolinggo. Wah, buahnya besar-besar dan rasanya sangat manis. Ketika musim mangga tiba, hasilnya sampai beberapa karung. Diam-diam aku selalu mendahului memilih buah yang tua dan paling besar di pohon, untuk aku peram sendiri. Puas rasanya menikmati buah tanaman sendiri.

Itulah awal mula kecintaanku pada tanaman. Sekarang, tanaman apa saja yang menarik perhatian, aku tanam. Mulai dari pohon besar sebagai peneduh, tanamam buah, tabulampot, tanaman hias yang berdaun indah hingga anggrek yang cantik, ada di rumah. Bahkan rumputpun aku sayangi lho......... Menjadi kebiasaanku, menanam biji dari buah yang habis dinikmati dan ternyata enak rasanya. Setelah biji itu tumbuh menjadi tanaman kecil di pot, dan jika sudah tampak kuat dipindahkan ke lahan tanah. Seperti itulah awal dari beberapa pohon yang sekarang ada di Sekolah Alam Bekasi, antara lain mangga, jambu air, jambu biji, rambutan, nangka dan cempedak, disamping pohon-pohon besar yang telah ada sebelumnya.



Ketika tanaman telah tumbuh besar di lahan, berbuah atau tidak, itu sangat tergantung dari perawatan kita sendiri. Bisa saja terjadi, tanaman itu tidak berbunga atau tidak berbuah sama sekali. Mungkin ditanam di lahan yang bukan habitat yang cocok, mungkin kurang atau terlalu banyak air, mungkin juga kekurangan sinar matahari atau tidak diberi pupuk yang sesuai. Bagaimana caranya memelihara tanaman buah hingga bisa berbuah? Anggap tanaman itu teman kita. Perlakukan sebagaimana kita manusia yang juga membutuhkan, makanan, minuman, vitamin, sinar matahari, dan jangan lupa kasih sayang. Dengan sering mengajaknya ngobrol, ternyata berpengaruh terhadap munculnya bunga dan buah.



Selain tanaman hijau, anggrek juga menjadi tanaman kesayanganku. Demi anggrek, rela membelanjakan uang dan menghabiskan waktu untuk memiliki dan merawatnya. Tidak salah, karena anggrek memang makhluk yang sangat pantas disayang. Barangkali dialah satu-satunya tanaman yang paling banyak diperhatikan manusia, disamping tentunya tanaman pangan. Banyak ilmuwan yang mendedikasikan diri untuk memuliakan jenis tanaman ini, dengan mengawin-silangkannya. Teknologi yang semakin canggih memberi kemudahan untuk memperoleh jenis-jenis anggrek baru dengan keindahan dan warna yang sangat spektakuler.

Benar sekali jika orang mengatakan bahwa memelihara anggrek itu sulit. Dari sekian jenis yang aku pelihara di rumah, banyak diantaranya yang belum pernah berbunga, sekalipun perlakuan terhadap mereka dalam hal pupuk sama. Penyebab utamanya mungkin karena prosentase kebutuhan sinar matahari yang berbeda, yang aku belum memahaminya. Berbagai jenis anggrek yang populer adalah : Cattleya, Phalaenopsis, Dendrobium, Grammatophylum, Oncidium, Cymbidium, Bulbophylum dan Vanda. Jenis anggrek Phalaenopsis dan Vanda hanya memerlukan 20 % sinar matahari. Sedangkan jenis Oncidium dan Dendrobium lebih suka cahaya matahari dibandingkan jenis lainnya, yaitu antara 50% - 60 %. Beberapa jenis Cymbidium tumbuh bagus dan berbunga di iklim yang sejuk. Demikianlah, masing-masing jenis memiliki syarat tumbuh yang berbeda. Namun demikian, jika telah beradaptasi, bisa saja berbunga di tempat yang penuh sinar mataharinya. Kesulitan memunculkan bunga itulah yang sering membuat penasaran. Dan ketika anggrek yang telah kita rawat dengan sabar berhasil mempersembahkan bunga nan indah, alangkah bahagianya ....


Sekalipun sangat menyukai anggrek, aku hanya mengetahui sedikit dari nama-nama latin anggrek. Nomenklatur anggrek adalah : kata pertama menunjukkan marga atau genus dan kata kedua menerangkan jenis atau species. Misalnya anggrek bulan dengan nama latin Phalaenopsis amabilis, Kata Phalaenopsis menunjukan genus, sedangkan kata kedua amabilis menerangkan species. Ada juga penamaan anggrek secara khusus untuk species yang belum dikenal. Cymbidium hartinahianum adalah anggrek tanah yang diberi nama dengan nama Almarhum Ibu Negara, sebagai penghargaan atas jasa-jasa Ibu Tien Soeharto dalam pengembangan dunia peranggrekan di Indonesia. Untuk mengetahui identitas dan nama latin anggrek, jika kita memiliki foto anggreknya tinggal membuka Google saja.

Setelah lebih banyak mengetahui tentang anggrek, baru belakangan ini aku mulai memperhatikan tanaman anggrek bukan dari kecantikannya, tetapi lebih pada anggrek-anggrek species asli Indonesia. Beribu hektar hutan di Kalimantan, Sulawesi dan Papua berubah menjadi perkebunan. Kemanakah anggrek asli hutan kita itu? Beruntung masih ada sedikit dari para pekerja disana yang menyelamatkannya dengan mengambil dan memeliharanya di rumah. Setelah berkembang menjadi banyak, mereka menjualnya secara on-line. Anggrek itulah yang aku beli dan aku coba pelihara untuk melestarikannya. Ini merupakan penghormatan terhadap kekayaan hayati yang Allah karuniakan kepada negeri ini. Betapa tidak, dari sekitar 26.000 spesies anggrek di seluruh dunia, sekitar 5.000 - 6.000 jenis diantaranya terdapat di Indonesia.

Jenis anggrek tebu atau Grammatophylum, adalah anggrek terbesar di dunia. Anggrek itu tumbuh tersebar dibeberapa wilayah Indonesia, di Lampung, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Sungguh menakjubkan bahwa di masing-masing lokasi itu warna bintik-bintik bunga yang muncul berbeda : kuning, coklat, atau merah kehitam-hitaman (gambar dari Google).





Semasa masih muda dulu, aku mempunyai kebiasaan berfoto bersama dengan anggrekku yang sedang berbunga, sebagai ucapan terima kasih telah membahagiakanku. Foto bersama bunga-bunga di dekat pohon itu, karena biasanya anggrek ditempel di pohon, sering menjadi bahan ledekan teman teman. Katanya seperti artis India. Kalau dulu foto bersama anggrek dengan PD aku pajang dirumah, sekarang tinggal foto anggreknya saja yang diupload di Face Book .......




Dibalik manfaat menanam pohon dan bunga untuk mendapatkan kenikmatan dari hasilnya, kepuasan merasakan kelezatan buahnya maupun memandang kecantikannya, ternyata baru sekarang aku tahu, ada manfaat yang jauh lebih besar. Menurut seorang Ustad yang menyampaikan Kuliah Subuh di TVRI, dengan jelas dan rinci beliau menerangkan bahwa menanam pohon itu diperintahkan Allah SWT. Menurut beliau, manusia sebagai Khalifatul fil ardh harus bertanggung jawab terhadap Bumi yang telah diamanahkan kpadanya. Sebagai manusia khalifah penguasa di bumi, kita dilarang berbuat kerusakan di muka bumi dan wajib memelihara kehidupan ini.

Dengan apa? Kita ketahui bahwa kebutuhan manusia yang utama adalah bernafas, dan bernafas itu memerlukan ketersediaan oksigen. Nah, menanam pohon adalah suatu proses yang di ujungnya akan menghasilkan oksigen. Tunggu apa lagi teman? Menanamlah sekarang juga.........

Wassalamu’alaikum ww.

Jakarta, 21 April 2015.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar