Selasa, 11 Oktober 2022

BAB II. MASA KULIAHKU



MASA KULIAHKU DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Dengan nilai mata pelajaran Ilmu Kimia yang selalu menonjol, pada Sipenmaru (Seleksi Pendaftaran Mahasiswa baru) tahun 1971, aku mendaftar ke Fakultas Tehnik Kimia di Universitas Diponegoro, dan Fakultas Kedokteran di Universitas Gajah Mada. Pengumuman pertama datang dari Undip, aku diterima sesuai pilihanku, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia.


Bapak segera melunasi pembayaran uang masuk. Kata Bapak, diputuskan saja, jangan sampai nanti tidak masuk ke mana-mana, karena menunggu pengumuman dari UGM. Sedangkan pengumuman dari UGM masih lama.

Ya sudah, aku menurut apa kata Bapak. Bapak menghubungi temannya di Semarang. Dan, Alhamdulillah aku boleh mondok (kost) di sana, di Jalan Kembang Paes, Semarang.

Bapak mengantarku ke rumah teman baiknya, Bapak Taslan di Kampung Kembang Paes, Semarang. Lokasi rumah itu tidak seberapa jauh dari kampus Fakultas Teknik Kimia, saat itu di Jalan M.T. Haryono.

Babak baru dalam kehidupanku dimulai, gadis remaja yang culun dari Solo merantau sendirian di Semarang. Adaptasi dengan situasi dan kondisi baru dengan mudah aku lakukan.

Bahkan aku dianggap anak nomor 4 dari keluarga Bapak Ibu Taslan. Beliau punya 7 orang putra-putri. Putra pertama kembar laki-laki. Keduanya sudah bekerja. Yang seorang bekerja sebagai tentara dan dinasnya di luar kota. Kembarannya bekerja di Pertamina Semarang.

Anak kedua, Mbak Umiyati bekerja di PLN. Yang ketiga Dik Yanti SMA kelas 3, kemudian Dik Gandi SMA kelas 1, serta ada 2 orang lagi gadis kecil yang masih SD.

Di samping itu, di rumah Kembang Paes juga tinggal adik perempuan Ibu Taslan, aku memanggil beliau Bulik Nani yang bekerja di PJKA. 

Sebuah keluarga besar, walaupun dalam kesederhanaan tapi rukun damai tenang dan tenteram. Bersyukur aku mendapatkan contoh yang bagus, bagaimana nantinya hidup berkeluarga.

Aku tinggal sekamar dengan Mbak Umi. Oleh karena cukup dekat dengannya, sering curhat sebagaimana kakak-adik. Demikian pula aku merasa disayang, baik oleh Ibu Taslan maupun Bulik Nani. Waktu-waktu senggang, ngobrol bersama keluarga mereka terasa menyenangkan. Saat hari ulang tahunku ke 17,mbak Umi mentraktirku minum es cream di Rumah Makan Oen yang waktu itu terkenal di Semarang. Baru pertama itulah aku mengenal yang namanya Banana Split.

Keseharianku selama kost di sana adalah, pagi sebelum kuliah dibelikan sarapan. Kadang ketan kinca, kadang jajanan lain yang ada di Pasar Kembang Paes, di belakang rumah.

Berangkat kuliah aku naik sepeda bersama teman yang tinggalnya dekat rumah di Jalan Depok, namanya Mbak Nuraini. Kadang juga bersama teman lain yang rumahnya searah, Gunawan Wibisono.

Beberapa nama teman-temanku di Teknik Kimia Undip masih aku ingat. Mbak Widiarni, Ernawati, Hyangwati, Marihati, Endang Sabariah, Hasyim, Bambang Irawan.

Kami berteman dekat karena bersama-sama menderita pada saat digojlog di Mapram atau Masa Prabakti Mahasiswa. Kalau sekarang namanya apa ya? Masa Orientasi Mahasiswa?  

Saat Mapram itu, banyak lagu-lagu daerah yang diubah syairnya dengan kata-kata lucu atau jorok. Karena ketika di rumah tidak pernah mendengar kata-kata jorok, awal mula terasa berat menyanyikannya. Saru, kata orang Jawa. Lama-lama ya akhirnya biasa saja ...…

Namaku di Mapram adalah Pentol - aku masih tertawa kalau ingat ini. Karena di Teknik Kimia, maka harus menggunakan nama-nama zat kimia seperti Fenol, yang diubah sedemikian rupa biar jelek, atau biar lucu menjadi Pentol. Bahkan, temanku cewek ada yang diberi nama Pentil. Hah??

Penggojlogan saat itu memang terasa berlebihan. Dalam sebuah ruangan yang telah disiram air kanji yang licin dan lengket, kami disuruh beraktivitas di situ. Tentu saja terpeleset terus. Bahkan akhirnya kita “mandi” air kanji. Saking capeknya, aku pernah tertidur beneran pada saat diberi waktu untuk duduk istirahat.

Pada tahun-tahun aku berada di Semarang, Mbak Sam menikah dengan Mas No (Mas Suwarno). Pesta dirayakan di Gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Jalan Sorogenen. Pada pesta itu Bapak mengundang Keluarga Bapak Ibu Taslan. Hadir Ibu Taslan dan Mas Arif, salah seorang dari Putra kembarnya. Pulang dari Solo menuju Semarang, kendaraan bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan Ibu Taslan wafat. Innalillahi wainnailaihirojiuun ....…

Aku tidak ingat persisnya, di tahun pertama kuliah di Teknik Kimia sering sekali kami berada di laboratorium. Inilah yang aku nggak suka. Bau H2S belerang sering membuatku mual dan pusing.

Pada suatu ketika, Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia mengadakan pertemuan silaturahmi dengan kakak-kakak yang baru saja lulus.  Dari cerita mereka, rata-rata 7 hingga 8 tahun baru menyelesaikan kuliah. Bahkan salah satu di antaranya ada yang sampai 11 tahun. Waduh ....… tak terbayangkan olehku, bagaimana Bapak akan membiayai kuliahku? Dan haruskah aku berada di laboratorium yang bikin perut mual dan pusing itu bertahun-tahun?

Aku jadi menyesal masuk teknik kimia. Semangat langsung turun drastis. Mengapa dulu nggak nunggu saja pengumuman Kedokteran UGM? Bahkan waktu itu aku nggak kepengin melihat pengumumannya, khawatir kalau diterima. Kalau diterima, pasti aku ingin meninggalkan Undip, padahal Bapak sudah melunasi pembayarannya.

Entah bagaimana, ketika pulang ke Solo aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Aku ingin bekerja agar bisa membantu orang tua. Bapak tidak marah. Bapak hanya menyerahkan keputusan kepadaku saja. Begitulah akhirnya aku drop out dari Fakultas Teknik Kimia Undip.

 

 

 

 

 

 

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar