Assalamu’alaikum ww.
Hari telah senja ketika pesawat
mendarat di kota Madinah. Aku, berdua suami dan seorang teman bergegas turun
dari pesawat mengikuti antrian penumpang pesawat Boeing Seri 777 - 300
Saudia. Inilah pertama kalinya kami menggunakan penerbangan langsung
dari Jakarta ke Madinah, transit sebentar di Riyadh. Kami memilih penerbangan
yang langsung ke Madinah untuk mengurangi waktu 5 sampai 6 jam perjalanan
Jeddah – Madinah dengan bus, yang biasanya harus dijalani jika
menggunakan penerbangan Jakarta – Jeddah dengan pesawat Garuda. Rombongan kami
berjumlah 45 orang, dengan Tour Leader Ustad Abdul Mugeni Aziz dari Travel
Tazkia.
Pemeriksaan paspor di Bandara
Internasional King Mohammad bin Abdul Azis di Madinah relatif lancar,
dibandingkan di Bandara King Abdul Azis di Jeddah.
Alhamdulillah....... Segera saya kontak via WA ke anak-anak, mengabarkan
bahwa kami telah selamat mendarat di kota suci Madinatul Al Munawarah, sebutan
bagi kota Madinah yang artinya kota yang bercahaya.
Setelah dibagikan kunci kamar hotel dan dilanjutkn makan malam, kami segera
beristirahat, mempersiapkan diri agar besok pagi dapat ke masjid sebelum
azan subuh. Saat ini negeri Saudi Arabia sudah memasuki musim panas. Temperatur
sekitar 38 - 42 derajad Celsius. Rombongan kami dijemput oleh 2 orang Muthowif
(Pembimbing) yaitu Ustad Effendi Siregar dan Ustad Haryanto.
Apa yang membuatku ingin sekali
menjalankan ibadah umroh di tahun 2016 ini, walaupun sebenarnya telah beberapa
kali berumroh?
Hadis Rasululloh Saw yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah : Satu umroh dengan umroh lainnya menjadi
kafarah (penghapus dosa yang dikerjakan) diantara keduanya.
Adakah manusia beriman yang tidak
ingin dihapus dosanya? Jika mengetahui ilmunya dan ada kesempatan, pastilah
semuanya menginginkannya.
Disamping itu, ada tiga hal yang
membuatku ingin sekali ke Tanah Suci melaksanakana ibadah Umroh.
Pertama, Allah
yang Maha Pemurah telah menunjukkan jalan atas permasalahan yang selama ini
belum terpecahkan, yaitu memenuhi keinginan suami agar aku dapat lebih
banyak menemani pada masa pensiunnya. Tentu tidak mudah, mengingat beban
tanggung jawab atas amanah besar yang ada padaku, yaitu mengurus sebuah Sekolah
yang sedang berkembang dan memerlukan perhatian penuh. Aku harus mencari
“seseorang atau Lembaga” yang bisa dan mampu diserahi tanggung jawab terhadap
pengelolaan Sekolah tersebut. Bersyukur, pada akhirnya di awal tahun 2016
segala sesuatunya beres, dan secara resmi aku dapat mengundurkan diri dari Sekolah.
Kedua, Allah yang Maha Kaya telah memudahkan dan melancarkan usaha kami
sekeluarga, yang dari beberapa tahun belakangan belum menunjukkan titik terang.
Di bulan Februari 2016 yang lalu sudah dapat diselesaikan. Alhamdulillah ya
Allah......... Ingin sekali aku sujud syukur di Tanah Suci
ini...........
Ketiga. Satu hal lagi yang membuat aku mempunyai keinginan kuat
untuk dapat berdoa di Tanah Suci ini adalah bukunya Agus Mustofa seri
Tasawuf Modern, judulnya Pusaran Energi Positif. Di buku
tersebut dijelaskan secara ilmiah, bahwa berdoa di sekitar Ka'bah
mustajab, dan sholat di Masjidil Haram bernilai ratusan ribu kali lipat.
Terdapat Pusaran Energi Positif yang sangat besar, yang disebabkan oleh
banyaknya manusia yang selalu berthawaf terus menerus tanpa henti dan umat di
seluruh dunia sholatnya menghadap ke satu titik yaitu Ka'bah.
Sebelum rencana keberangkatan ke
Tanah Suci kami berdua suami telah membuat kesepakatan. Mengingat saat ini kami
bukan lagi muda usia, melainkan sudah lanjut usia, tentu sudah tidak
dapat lagi melaksanakan shalat berturut-turut setiap waktu di Masjid. Untuk
menjaga kesehatan, kami memerlukan cukup waktu untuk istirahat. Apabila kurang
istirahat atau tidak cukup tidur, malahan akan mudah terserang penyakit.
Syukurlah ternyata tidak banyak waktu sholat yang tidak dapat kami
laksanakan di Masjid, dan kami sholat di hotel.
Hari kedua.
Alarm yang kupasang berbunyi, segera kami
bersiap membersihkan diri dan bergegas turun menuju masjid. Hotel kami
ada di ujung sebelah kiri dari Masjid Nabawi, dekat Pintu Gerbang nomor 15
yaitu Hotel Anwar Madinah Movenpick. Terasa sejuk dihati melihat
lampu-lampu bersinar redup nan indah di halaman masjid. Tiang tempat lampu itu
pada saatnya nanti akan dapat mengembang menjadi payung-payung yang indah, yang
akan menaungi jamaah dari teriknya matahari. Masuk ke Masjid, kami harus
memperlihatkan tas kami kepada Petugas Askar, dan dia akan membuka sambil
melihat-lihat isi tas kami. Jika ada hand phone dengan kamera, maka akan diambilnya.
Namun anehnya, aku masih sering melihat para jamaah berselfi-ria di dalam
Masjid.
Sebelum azan subuh berkumandang,
kami dapat melaksanakan sholat Tahiyatul Masjid, sholat Tahajud, sholat
Hajat, sholat Taubat atau sholat-sholat lainnya, selagi masih ada
waktu. Dan tepat ketika azan subuh selesai berkumandang, jamaah segera
berdiri melaksanakan sholat Qobliyah Subuh 2 rakaat,
dilanjutkan dengan menderaskan doa-doa, karena waktu antara azan dan sholat
subuh itu merupakan waktu istimewa, dimana doa yang dipanjatkan di waktu itu
akan Allah kabulkan. Suara Imam yang sangat merdu dalam membacakan surat-surat
Al Qur’an membawa kita larut dalam kekhusyukan nan syahdu. Suara itulah
yang jika terdengar di tanah air, menjadikan aku rindu mengunjungi Tanah
Suci.
Setelah sholat subuh,
tidak ada lagi shalat lain kecuali sholat jenazah. Selama di
Tanah Suci, di setiap waktu shalat, selalu saja ada sholat jenazah. Rupanya
jenazah yang dishalatkan disana tidak hanya satu, melainkan banyak. Alangkah
beruntungnya mereka yang meninggal di Tanah Suci. Apakah aku bisa seperti
mereka, disholatkan dan didoakan oleh begitu banyak jamaah di Tanah Suci?
Sepulangnya dari Masjid, kami segera
sarapan di Coffeshop Hotel dan kemudian bersiap-siap, karena hari kedua
ini kami akan bersama-sama ke Raudhoh. Raudhoh
adalah suatu tempat atau area di Masjid Nabawi, yaitu diantara Kamar Nabi
dengan Mimbar Nabi, yang luasnya 144 meter.
Hadis Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh
Buchori : Antara rumahku dan mimbarku adalah taman (raudhoh) dari
taman-taman surga.
Kami jamaah wanita didampingi oleh
Muthowif wanita, yang akan menemani hingga selesai. Sebelum memasuki masjid,
kami dibimbing berdoa bersama-sama dan kemudian masuk melalui pintu sebelah
kanan atau utara menurut perasaanku. Sampai didepan Raudhah, seluruh jamaah
yang akan ke Raudhoh dibagi dalam beberapa kelompok. Kelompok Indonesia dan
Malaysia, atau disebut Melayu, kemudian Kelompok India dan Pakistan, dan ada
lagi Kelompok Turki, Arab dan Afrika. Petugasnya pun dari bangsa sendiri
sehingga mengerti apa yang dikatakan.
Memang perlu kesabaran untuk antri,
mengingat Raudhoh yang diperuntukkan jamaah wanita luasnya hanya beberapa meter
sedangkan yang akan masuk kesana ratusan orang. Sayang sekali, banyak diantara
kita yang tidak sabar dan tidak tertib. Petugas Askar Saudi sampai
berteriak-teriak, marah melihat ketidak tertiban kita. Belum tiba gilirannya
sudah lari mengikuti kelompok lain. Aku jadi malu sendiri melihat ketidak
sabaran mereka, yang adalah juga teman-teman sesama jamaah Indonesia.
Kamar Nabi, sekarang menjadi makam
Rasulullah SAW, Khalifah Abu Bakar Sidiq dan Khalifah Umar bin Khatab.
Dari balik dinding, kami mengucapkan salam kepada Rasulullah Saw, Abu Bakar
Sidiq dan Umar Bin Khatab. Disinilah tempat mulia, disunahkan untuk shalat,
bersalawat dan berdoa. Ciri-ciri Raudhoh adalah pilarnya berwarna putih dan karpetnya
berwarna hijau putih, berbeda dengan warna karpet di tempat lainnya
yang berwarna merah.
Akhirnya sampailah giliran Kelompok
Melayu dipanggil maju. Berrrr.... semua lari menuju Raudhoh. Aku terjepit dan
terhimpit diantara para jamaah, tetapi masih bisa bernafas. Segera sholat sunah
2 rakaat dan berdoa. Sambil berdoa, air mataku tak terbendung lagi. Semua yang
kuingat kutumpahkan dalam doa. Ya Allah yang Memiliki Surga, kiranya Engkau
kabulkan doa hambaMu ini, Amiin....
Hari ketiga. Setelah breakfast kami bersama-sama naik bus
berziarah ke tempat-tempat yang telah dijadwalkan, yaitu : Masjid Quba,
Masjid Qiblatain, Jabal Uhud dan ke Pasar Kurma. Muthawif kami di
Madinah Ustad Effendi Siregar dengan jelas menceritakan sejarah dan
keistimewaan tempat-tempat yang akan kami kunjungi tersebut.
Masjid Quba adalah masjid yang
pertama kali dibangun di masa awal Islam berkembang. Lokasi masjid ini sekitar
5 km dari kota Madinah. Keutamaannya adalah :
Kami sholat Tahiyatul Masjid
dan sholat Dhuha di lantai atas yang cukup lega, karena di bawah penuh
sekali.
Masjid Qiblatain, adalah Masjid
dimana Rasulullah Saw menerima wahyu yang memerintahkan pergantian kiblat
sholat, semula ke arah Baitul Maqdis atau Masjidil Aqso di Yerusalem
menjadi ke arah Masjidil Haram di Mekah.
Surat Al Baqarah
(144) : Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Alkitab
(Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu
adalah benar dari Tuhannya ; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang
mereka kerjakan.
Kami tidak masuk mengunjungi Masjid
Qiblatain, hanya melewati saja, selanjutnya bus menuju Jabal Uhud
atau Gunung Uhud. Jabal Uhud adalah gunung batu yang berlokasi sekitar 5
kilometer sebelah utara kota Madinah. Gunung yang warnanya kemerahan ini
tingginya 1.050 meter dan terpisah dari bukit-bukit lainnya.
Pada Perang Uhud,
perang antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekah, di tempat inilah
telah gugur 70 orang syuhada, di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman
Nabi Muhammad Saw. Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi
karena Rasulullah Saw selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Di dalam bus,
Ustad Siregar menceritakan sejarah Perang Uhud sehingga kami memperoleh
gambaran lebih jelas mengenai apa yang kami kunjungi.
Hadis Rasulullah Saw yang
diriwayatkan oleh Muslim : Nabi Muhammad Saw memandang ke Uhud sambil bersabda
: Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang sangat mencintai kita, dan kita pun
mencintainya.
Berada dibawah terik matahari yang
menyengat, kami tidak tahan berlama-lama disana. Setelah bersama-sama
mengucapkan salam kepada para syuhada Uhud dan mendoakannya, dilanjutkan
dengan sesi berfoto, kami kembali ke bus.
Terakhir, rombongan diajak ke Pasar
Kurma yang menjual berbagai macam kurma dan produk olahannya seperti
permen coklat kurma, kue-kue dari kurma dan sebagainya. Pasar begitu ramai,
pengunjung boleh mencicipi atau makan sepuasnya tanpa membayar, walaupun tidak
membeli kurmanya. Aku lihat para jamaah berdesak-desakan membeli oleh-oleh
untuk keluarga di tanah air. Aku tahu diri untuk tidak banyak menambah barang
bawaan, mengingat kondisi saat ini sudah tidak mampu lagi untuk mengangkat
beban berat.
Hari keempat.
Hari ini adalah hari kami berumroh.
Kemaren kami telah menerima selebaran dari Posko Tazkia yang diselipkan dibawah
pintu kamar, rincian apa saja yang harus kami lakukan. Pada pagi hari, kami
sholat subuh seperti biasa. Usai sholat, saya sempatkan melihat-lihat kerumunan
pedagang kaki lima di halaman hotel yang menggelar berbagai barang seperti
baju-baju, kerudungan, mainan anak-anak dan sebagainya. Nah, ada kesempatan
untuk membeli sedikit oleh-oleh nih ........
Pada siang hari sebelum sholat
dhuhur, disunahkan mandi Ihrom yang pelaksanaannya seperti mandi
wajib. Kemudian sholat sunnah ihrom dua rakaat. Pada saat ini
kami masih boleh memakai wewangian, seperti minyak wangi, odol, tisu dan
sebagainya. Nanti setelah berniat, semua itu menjadi larangan.
Koper sudah
harus disiapkan di depan pintu pada jam 9.00 untuk dirapikan Petugas. Kemudian
ketika sholat zuhur di masjid, setelah sholat dhuhur langsung sholat ashar jamak
takdim, yaitu menggabungkan dua sholat fardhu yang
dilaksanakan dalam satu waktu. Jadi setelah sholat dhuhur, tidak usah sholat
bakdiyah maupun sholat jenazah. Setelah makan siang, berganti pakaian ihram,
kami segera cek out dari hotel. Bus telah menunggu di belakang hotel dan segera
meninggalkan kota Madinatul Al Munawaroh. Selamat tinggal ya Rasulullah, kami
mohon diri, semoga suatu waktu kelak dapat kembali mengunjungimu ......
Sebagaimana Umroh yang dilaksanakan
Rosulullah Saw, kami mengambil miqot di Masjid Bir Ali
atau Masjid Dzul Hulaifa. Inilah tempat miqot bagi penduduk
Madinah atau jamaah yang datang dari arah Madinah yang akan berumrah atau
berhaji, sebagaimana dicontohkan Rasulullah.
Miqot, secara harfiah artinya
batas atau garis antara boleh dan tidak, atau perintah mulai dan berhenti. Pada
saat miqot, seluruh jamaah harus sudah memakai pakaian ihrom.
Jamaah laki-laki tidak boleh memakai alas kaki yang menutup mata kaki, tidak
memakai pakaian yang dijahit dan tanpa penutup kepala. Jamaah perempuan harus
menutup aurat dan hanya boleh menampakkan telapak tangan dan wajah.
Masjid Bir Ali berjarak sekitar 15
km dari Madinah. Jamaah melaksanakan sholat Tahayatul Masjid saja.
Selanjutnya di bus kami dibimbing oleh Ustad Siregar bersama-sama melafazkan
niat :
Nawaitul Umrota Wa Ahromtu Bihaa
Lillahi Taala, artinya : Saya niat umrah dan ihram umrah karena Allah Ta’ala.
Umroh Utama ini, apabila telah
mengucapkan niat maka harus melaksanakannya hingga selesai. Jika tidak, atau melakukan
pelanggaran atas larangan yang ditetapkan, maka akan dikenakan dam atau
denda yaitu : memotong seekor kambing atau memberi
makan fakir miskin senilai kambing itu yaitu senilai 400 Saudi Real atau
berpuasa selama 10 hari.
Di sepanjang perjalanan, Muthowif membimbing kami
untuk melafazkan kalimat Talbiyah, yaitu :
Labbaik Allahumma Labbaik, labbaika
la syarika laka labbaik inna al hamda wa an ni’mata laka wa al mulk la syarika
laka.
Di samping melafazkan kalimat
Talbiyah, kami mendapatkan cerita sejarah perjuangan Rasulullah yang tidak
mudah dalam melaksanakan perintah Allah menyebarkan Islam, mengajak manusia ke
jalan yang diridhoiNya, yaitu sejak beliau menerima wahyu hingga tutup
usia.
Ustad Siregar sangat bagus menyampaikan ceritanya sehingga kami
dapat menghayati dengan baik apa yang disampaikannya.
Akhirnya Ustad
menyarankan agar kami beristirahat atau tidur, untuk mempersiapkan diri agar
nanti dapat melaksanakan Thawaf dan Sa’i di Masjidil Haram dalam kondisi segar,
mengingat masih panjang perjalanan kita menuju kota Mekah Al Mukaromah, yang
memerlukan waktu 5 – 6 jam.
Bus memasuki kota Mekah sekitar
waktu Isya. Turun dari mobil kami berjalan kaki menuju Hotel. Setelah dibagikan
kunci kamar masing-masing, dipersilahkan makan malam terlebih dahulu.
Hotel kami
adalah Dar Al Gufron, berlokasi di Safwa, di depan Masjidil
Haram. Lokasi yang sangat dekat dengan Masjid, memudahkan kami untuk
beribadah.
Setelah koper diterima di kamar,
kami segera berwudhu dan berkumpul bersama di loby hotel tanpa mengenakan
sandal, untuk bersama-sama ke Masjid. Kami memasuki Masjidil Haram dari pintu
nomor 93, pintu yang paling dekat dengan arah hotel kami.
Dan ketika sudah
tampak Ka’ bah dihadapanku, Subhanallah.......... Ya Allah
yang Maha Agung, akhirnya aku Engkau ijinkan kembali mengunjungi Ka’bahMu.
Tanpa ridhoMu, tak mungkin aku dapat berkali-kali berada di tempat suci
ini.....
Kami melaksanakan sholat jamak
magrib dan isya berjamaah dipimpin Ustad Abdul Mugeni Aziz. Selanjutnya
mulai Thawaf tujuh putaran mengelilingi Ka’bah (arah berlawanan
jarum jam) dimulai dari sudut Hajar Aswad dan diakhiri di tempat itu pula.
Perlu diketahui, ada 4 sudut Ka’bah, yaitu Rukun Aswad, Rukun
Syami, Rukun Iraqi dan Rukun Yamani. Rukun berarti sudut atau tiang.
Dinamakan demikian, karena sudut-sudut tersebut menghadap ke negeri Syam,
negeri Iraq dan negeri Yaman.
Jamaah Tazkia telah dibekali Headset Ear
Phone, agar lebih khusyuk mendengarkan Doa Thawaf maupun Doa Sa’i yang
diucapkan oleh Muthowif (pembimbing thawaf), dan tidak terganggu oleh suara
jamaah lainnya.
Tetapi aku punya kebiasaan lain. Buku Doa yang diberikan oleh
Tazkia sebelumnya sudah kuberi tanda spidol di bagian terjemahan bahasa
Indonesianya. Ketika Muthowif membimbing membaca doa dalam bahasa arab, aku
membaca di bagian yang sudah aku tandai sehingga benar-benar menghayati arti
dan maksudnya.
Ketika telah selesai melaksanakan
thawaf, kami sholat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim (tempat jejak
kaki Nabi Ibrahim As) dan minum air Zam Zam. Kemudian
dilanjutkan dengan Sa’i dari Bukit Safwa ke Bukit Marwa tujuh
putaran bolak-balik.
Terakhir, setelah selesai Sa’i, kami berdoa dan kemudian
bertahallul, menggunting beberapa helai rambut sebagai tanda telah selesainya
rangkaian ibadah umroh yang kami jalankan. Tata cara umroh yang meliputi Thawaf,
Sa’i dan Tahallul telah disampaikan kepada jamaah sebelumnya,
sehingga kami tinggal dibimbing mengikuti Muthowif. Jam menunjukkan pukul 11.30
waktu Mekah ketika kami tiba kembali di kamar hotel untuk beristirahat,
mempersiapkan tenaga untuk esok pagi mengikuti sembahyang subuh di Masjidil
Haram.
Hari kelima.
Ketika pagi subuh kami ke Masjidil
Haram, tampak bahwa kondisi masjid masih dalam pembangunan, disana-sini masih
ditutup pagar dan alat-alat berat masih digunakan. Hal ini menjadikan tempat
atau area untuk jamaah berkurang. Ada sebagian lokasi yang sudah
jadi, tetapi belum sempurna, tampak plafon yang masih belum
ditutup. Untunglah Ac sudah terpasang sehingga udara sudah terasa sejuk.
Dengan
kondisi demikian, untuk mengantisipasi keluar masuknya jamaah, biasanya sejam
sebelum masuk waktu sholat, ada beberapa pintu yang sudah ditutup. Pintu
dijaga bukan oleh Askar tetapi oleh tentara Saudi yang berbaju loreng.
Kadang-kadang ada jamaah memaksa untuk masuk, tapi dengan tegas tidak
diperbolehkan. Dapat dibayangkan, bagaimana jika waktu sholat sudah selesai,
terjadi berbarengan antara yang masuk dan yang keluar di pintu yang sempit itu,
pasti akan terjadi saling tabrak dan saling injak.
Hari ini aku bedua teman ingin
melaksanakan thawaf sunnah, selagi masih pagi belum terasa terik matahari.
Diawali niat kemudian mengelilingi Ka’bah tujuh putaran dari sudut Hajar Aswad
dan berakhir di sudut itu pula. Aku melaksanakan thawaf tidak membawa buku doa,
melainkan memanjatkan doa-doa menurut kata hatiku, apa saja yang ingin aku
sampaikan kehadapanNya. Tidak memerlukan waktu lama, karena kebetulan sekitar
Ka’bah belum terlalu padat, sehingga setengah jam sudah selesai.
Menjadi kebiasaan kami di Tanah
Suci, walaupun sudah disediakan air minum botol di kamar, tetapi kami selalu
membawa botol untuk diisi air Zam Zam dari masjid guna diminum di kamar.
Pagi
ini aku melihat orang-orang mengisi botolnya dari kran yang ada di depan
masjid. Mereka tidak menyadari bahwa airnya bukan air Zam Zam, melainkan
“drinking water”, air minum biasa saja. Kran air Zam Zam bertuliskan “Zam
Zam water”. Akhirnya ada juga jamaah yang mengingatkannya.
Hari ini kami berdua terlalu capai
sehingga tertidur. Ketika terdengar azan dhuhur, barulah kami terbangun.
Akhirnya kami sholat di pelataran hotel.
Hari keenam.
Sebagaimana direncanakan, acara
hari ini adalah ziarah mengunjungi tempat-tempat bersejarah disekitar kota
Mekah yaitu Jabal Nur, Gua Hira, Arafah, Jabal Rahmah, Muzdalifah, Mina dan
terakhir Ji’ronah, untuk miqot umroh yang kedua. Karena kami
berdua sudah pernah ke tempat-tempat tersebut, kami memilih langsung
melaksanakan umroh di pagi hari.
Dengan diantar Ustad Abdul Kohar, Pembimbing
yang bertugas di kota Mekah, kami diantar mengambil miqot di Masjid Tan’im.
Setelah melaksanakan sholat Tahiyatul Masjid dan sholat
Dhuha, kami dibimbing untuk melafazkan niat umroh.
Untuk umroh
kedua ini, aku berniat mengumrohkan Almarhum Bapak yang telah wafat pada tahun
1991. Di sepanjang perjalanan, Ustad Abdul Kohar membimbing kami bersama-sama
mengumandangkan Talbiyah. Tiba di Masjidil Haram, Ustad Kohar pamit
karena tidak dapat meninggalkan Posko terlalu lama.
Dimulai dengan Tawaf tujuh
putaran, kemudian sholat dua rakaat di belakang Maqam Ibrahim,
dilanjutkan dengan Sa’i tujuh putaran, diakhiri dengan Tahallul.
Alhamdulillah rangkaian umroh kedua dapat kami selesaikan.
Hari ketujuh.
Ustad Effendi Siregar kemaren telah
menyampaikan kepada jamaah, bahwa untuk sholat Jum’at, biasanya jam 10.30
pintu Masjid sudah ditutup, karena jamaah sudah penuh. Tetapi Mas Suami tidak mungkin untuk datang ke Masjid lebih awal, mengingat sering batal
wudhu. Ketika akhirnya kami turun dari kamar hotel jam 11.00, ternyata
benar. Halaman Masjid telah penuh. Kami menggelar sajadah di jalanan, di samping
Hotel Hilton.
Menunggu sholat dimulai, rupanya tempat saya duduk yang semula
teduh terlindung gedung-gedung tinggi sudah menjadi panas karena matahari sudah
beranjak naik. Aku melihat ke arah Mas Suami yang duduk di deretan jamaah laki-laki, juga sudah mulai panas. Wah, pasti kami tidak akan kuat berada dibawah teriknya
matahari, bisa-bisa pingsan disini. Apalagi waktu sholat masih lama. Akhirnya
aku mengajak suami pindah ke tempat yang masih teduh.
Demikianlah sampai tiga
kali pindah tempat, akhirnya kami sholat di emperan Mall. Memang hari Jum’at
adalah hari libur bagi masyarakat Arab Saudi, sehingga mereka menyempatkan diri
untuk sholat Jum’at di Masjidil Haram.
Demikian pula ketika sholat maghrib.
Sejam sebelum waktu sholat, pintu nomor 93 sudah ditutup. Kami masuk masjid
melalui escalator. Di lantai satu, tidak boleh keluar dari escalator karena
lantai satu sudah penuh. Lanjut ke lantai dua, juga tidak boleh, hingga
akhirnya sampai ke lantai paling atas. Inilah pengalaman pertamaku sholat
maghrib di lantai paling atas, dengan beratapkan langit dan bintang-bintang,
sholat menjadi lebih khusyuk. Rupanya disinipun akhirnya penuh digunakan
jamaah untuk sholat.
Sekembalinya dari masjid, kami
mampir ke Mall yang berada di lantai tiga hotel dimana terdapat Food Court
berbagai masakan, antara lain masakan Asia. Kadang kami
bosan dengan masakan hotel, sekalipun menunya standar
internasional.
Kami berdua mau mencoba makan diluar. Aku suka nasi
briyani yang dijual disitu. Porsinya sangat besar, cukup untuk
makan bertiga. Di Food Court itu juga terdapat ATM,
dimana minimal penarikannya 500 SR (Saudi Real)
atau sekitar hampir 2 juta rupiah.
Hari terakhir.
Akhirnya kunjungan kami sebagai
tamu Allah akan berakhir hari ini. Setelah sholat subuh, kami melaksanakan
thawaf wada atau thawaf perpisahan. Aku sangat terharu membaca doa thawaf
wada yang tercantum di Buku Doa yang bunyinya :
Wahai Tuhan yang Maha Kuasa
Mengembalikan, kembalikanlah aku ke Ka’bah ini dan berilah aku rizki untuk
mengulanginya ber kali-kali dalam keadaan bertaubat dan beribadat, berlayar
menuju Tuhan kami sambil memuji, Allah Maha menepati janjiNya, membantu
hamba-hambaNya, yang menghancurkan sendiri musuh-musuhnya.
Ya Allah, peliharalah aku dari
kanan, kiri, depan dan belakang, dari sebelah atas dan bawah sampai Engkau
mengembalikan aku kepada keluarga dan tanah airku. Ya Allah, permudahkanlah
perjalanan kami, lipatkan bumi untuk kami.
Ya Allah, sertailah kami dalam
perjalanan, dan gantilah kedudukan kami dalam keluarga yang ditinggal, wahai
Tuhan Yang Maha Pengasih melebihi segala pengasih, wahai Tuhan yang Memelihara
seluruh alam.
Dan doa sesudah thawaf wada yang
bunyinya :
Ya Allah, janganlah Engkau jadikan
waktu ini masa terakhir bagiku dengan rumahMu. Sekiranya Engkau jadikan bagiku
masa terakhir, maka gantilah Surga untukku, dengan rahmatMu, wahai Tuhan Yang
Maha Kasih Sayang lebih dari segenap kasih, wahai Tuhan Pemelihara seru
sekalian alam. Amin......
Itulah yang menjadikan aku yakin,
Allah akan mengabulkan permohonanku untuk kembali mengunjungi Tanah Suci lagi
suatu ketika kelak.
Pada jam 10.00 pagi, kami
meninggalkan kota Mekah menuju Jeddah. Perjalanan dari Mekah
menuju Jeddah memerlukan waktu satu setengah jam. Jeddah adalah kota
internasional yang sibuk. Di beberapa ruas jalan terjadi kemacetan, tetapi
kemacetannya belum seberapa jika dibandingkan dengan Jakarta.
Bus menuju Cornish, suatu tempat
perbelanjaan yang tidak begitu besar dan sudah kuno. Disanalah jamaah umroh
dari Indonesia biasa diajak berbelanja, ke sebuah toko bernama Amir
Murah. Disebelahnya banyak toko-toko yang dibelakangnya ada
tambahan kata "murah". Rupanya kata ini dianggap sangat pas untuk
menarik minat membeli.
Toko ini menjual semua barang yang biasa
dijadikan oleh-oleh jamaah umroh dari Tanah Suci. Dari kurma, routop (kurma
muda), kacang, minyak wangi, minyak zaitun, karpet, sampai pernak-pernik gelang
perhiasan. Setelah selesai berbelanja, kami makan siang di rumah makan yang
terletak di lantai atas toko dengan masakan menu Indonesia, sekaligus
melaksanakan sholat jamak dhuhur dan ashar.
Selanjutnya rombongan diajak ke Masjid
Terapung yang sebenarnya bernama Masjid Arrahmah, untuk
beristirahat sejenak dan melaksanakan sholat bagi yang tadi belum sholat.
Masjid ini berada ditepi laut, fondasinya masuk ke dalam air sehingga tampak
seperti terapung. Kami hanya sholat Tahiyatul Masjid, karena tadi
sudah sholat di rumah makan.
Melihat pemandangan yang indah, disertai segarnya
semilir angin laut, sayang untuk dilewatkan. Ibu-ibu jamaah segera mengambil
foto dan berselfi ria. Di tempat ini kami berpisah dengan para Muthowif yang
telah menemani kita selama berada di Madinah dan Mekah. Kepada Ustad Effendi
Siregar, terima kasih atas sharing ilmunya ya, semoga kita berjumpa lagi di
kesempatan yang akan datang. Demikian juga kepada Ustad Haryanto, terima kasih
telah memberikan pelayanan yang baik kepada kami para jamaah.
Bus menuju Bandara King Abdul Aziz.
Kami mengurus tiket dan bagasi dengan dibantu Petugas Tazkia. Begitu semuanya
beres, sambil ngobrol dengan teman-teman se perjalanan kami menunggu pesawat
yang akan membawa kami pulang ke Jakarta. Bapak dan ibu Abdul Fattah
Soerachman, Ibu Farida Muhammad Rasyid dan Ibu Zulvizawida Novianty,
Bapak dan ibu Heru Sukamto, Bapak dan Ibu Aceng Sopian Saepuddin serta tiga
orang putranya adalah teman-teman dekat yang sering bersama-sama makan
satu meja atau bersama-sama berangkat ke masjid.
Kami semua berharap, sesudah
umroh nanti silaturahmi tidak akan terputus. Ketika terdengar azan
magrib, kami sholat jamak takdim berjamaah di Bandara bersama-sama calon
penumpang lain yang berada di ruang tunggu. Setelah genap 9 hari perjalanan
kami, kelelahan sudah mulai terasa. Badan seperti kehilangan tulang belulang,
dan rasanya sudah rindu kasur yang ada dirumah.
Aku bersiap-siap untuk beristirahat dan tidur ketika sudah naik ke pesawat.
Semoga perjalanan Umroh tahun 2016 ini menjadi Umroh yang maqbul dan Allah Swt
mengabulkan segala doa yang telah aku panjatkan. Amin, amin, amin Ya Rob.......
Wassalamu’alaikum ww.
Jakarta, 29 Mei 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar