Dengan nilai mata pelajaran Ilmu Kimia yang selalu menonjol, pada Sipenmaru (Seleksi Pendaftaran Mahasiswa baru) tahun 1971, aku mendaftar ke Fakultas Tehnik Kimia di Universitas Diponegoro, dan Fakultas Kedokteran di Universitas Gajah Mada. Pengumuman pertama datang dari Undip, aku diterima sesuai pilihanku, Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia.
Ya sudah, aku menurut apa kata Bapak. Kemudian Bapak menghubungi temannya di Semarang dan Alhamdulillah aku boleh mondok (kost) di rumah beliau. Bapak mengantarku ke rumah Bapak Taslan di Kampung Kembang Paes. Lokasi rumah itu tidak berapa jauh dari kampus Fakultas Teknik Kimia, yang saat itu berada di Jalan M.T. Haryono.
Babak baru dalam kehidupanku dimulai, gadis remaja yang culun dari Solo merantau sendirian ke Semarang. Terasa berat untuk pertamakali berada jauh dari rumah. Tapi itu tak lama. Adaptasi dengan situasi dan kondisi baru dengan mudah aku lakukan. Bahkan aku dianggap anak nomor 4 dari keluarga Bapak Ibu Taslan.
Beliau punya 7 orang putra-putri. Putra pertama kembar laki-laki. Keduanya sudah bekerja. Yang seorang bekerja sebagai tentara, dinasnya di luar kota. Kembarannya bekerja di Pertamina Semarang. Putra kedua, Mbak Umiyati bekerja di PLN. Yang ketiga Dik Yanti siswa SMA kelas 3, kemudian Dik Gandi SMA kelas 1, serta ada 2 orang lagi gadis kecil yang masih SD. Di samping itu, di rumah Kembang Paes juga tinggal adik perempuan Ibu Taslan, aku memanggil beliau Bulik Nani yang bekerja di PJKA.
Sebuah keluarga besar, walaupun dalam kesederhanaan tapi rukun damai tenang dan tenteram. Bersyukur aku mendapatkan contoh yang bagus, bagaimana nantinya hidup berkeluarga.
Aku tinggal sekamar dengan Mbak Umi. Oleh karena cukup dekat dengannya, sering curhat sebagaimana kakak-adik. Demikian pula aku merasa disayang, baik oleh Ibu Taslan maupun Bulik Nani. Di waktu-waktu senggang, ngobrol bersama keluarga mereka terasa menyenangkan. Saat hari ulang tahunku ke 17, mbak Umi mentraktirku minum es cream di Rumah Makan Oen, waktu itu cukup terkenal di Semarang. Baru pertama itulah aku mengenal Es Cream yang namanya Banana Split.
Selama kost di sana keseharianku adalah, sarapan pagi sebelum kuliah dengan jajanan yang dibelikan Ibu Taslan di Pasar Kembang Paes. Pasar itu terletak persis dibelakang rumah. Kadang ketan kinca, kadang jajanan lainnya seperti Nasi Uduk. Berangkat kuliah aku naik sepeda bersama teman yang tinggalnya dekat rumah di Jalan Depok, namanya Mbak Nuraini. Kadang juga bersama teman lain yang rumahnya searah, Gunawan Wibisono.
Beberapa nama teman-temanku di Teknik Kimia Undip masih aku ingat. Mbak Widiarni, Ernawati, Hyangwati, Marihati, Endang Sabariah, Hasyim, Bambang Irawan.
Kami berteman dekat karena bersama-sama sependeritaan pada saat digojlog di Mapram,Masa Prabakti Mahasiswa. Kalau sekarang namanya apa ya? Masa Orientasi Mahasiswa?
Pada saat Mapram itu, banyak lagu-lagu daerah yang diubah syairnya dengan kata-kata lucu atau jorok. Karena ketika di rumah Sorogenen tidak pernah mendengar kata-kata jorok, awal mula terasa berat menyanyikannya. Saru, kata orang Jawa. Lama-lama ya akhirnya biasa saja ...…
Namaku di Mapram adalah Pentol, aku masih tertawa kalau ingat ini. Kuliah di Teknik Kimia, maka harus menggunakan nama-nama zat kimia seperti Fenol, yang diubah sedemikian rupa biar jelek atau biar lucu, menjadi Pentol. Bahkan, temanku cewek ada yang diberi nama Pentil. Hah...???
Penggojlogan saat itu memang terasa berlebihan. Dalam sebuah ruangan yang lantainya telah disiram air kanji sehingga licin dan lengket, kami disuruh beraktivitas di situ. Tentu saja terpeleset terus. Bahkan akhirnya kita "mandi air kanji". Saking capeknya, aku pernah tertidur beneran pada saat diberi waktu untuk duduk beristirahat.
Pada tahun-tahun aku berada di Semarang, Mbak Sam menikah dengan Mas No (Mas Suwarno). Pesta dirayakan di Gedung Perkumpulan Masyarakat Surakarta (PMS) Jalan Sorogenen. Pada pesta itu Bapak mengundang Keluarga Bapak Ibu Taslan. Hadir Ibu Taslan dan Mas Arif, salah seorang dari Putra kembarnya. Pulang dari Solo menuju Semarang, kendaraan bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan Ibu Taslan wafat. Innalillahi wainnailaihirojiuun ....…
Aku tidak ingat persisnya, di tahun pertama kuliah di Teknik Kimia sering sekali kami berada di laboratorium. Inilah yang aku nggak suka. Bau H2S - belerang sering membuatku mual dan pusing.
Pada suatu ketika, Ikatan Mahasiswa Teknik Kimia mengadakan pertemuan silaturahmi dengan kakak-kakak yang baru saja lulus. Mereka menyampaikan pesan dan nasehat. Dari cerita pengalaman mereka, rata-rata 7 hingga 8 tahun baru menyelesaikan kuliah. Bahkan salah satu di antaranya ada yang sampai 11 tahun. Waduh ....… tak terbayangkan olehku, bagaimana Bapak yang sudah pensiun itu akan membiayai kuliahku? Dan haruskah aku berada di laboratorium yang bikin perut mual dan pusing itu bertahun-tahun?
Aku jadi menyesal masuk teknik kimia. Semangat langsung turun drastis. Mengapa dulu nggak nunggu saja pengumuman dari Kedokteran UGM? Bahkan waktu itu aku nggak kepengin melihat pengumumannya, khawatir kalau diterima. Kalau diterima, pasti aku ingin meninggalkan Undip, padahal Bapak sudah melunasi pembayarannya.
Entah bagaimana aku tidak begitu ingat. Ketika pulang ke Solo aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kuliah. Aku ingin bekerja agar bisa membantu orang tua. Bapak tidak marah. Bapak hanya menyerahkan keputusan kepadaku saja. Begitulah akhirnya aku drop out dari Fakultas Teknik Kimia Undip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar