Assalamualaikum ww.
Di hari Sabtu pagi tanggal 23 Nopember 2019, aku berdua mas
Suami mengikuti wisata bersama yang diselenggarakan teman-teman Pensiunan
Biro Kepegawaian BKKBN Pusat. Beberapa hari sebelumnya Mbak Win, pimpinanku
dulu mengajakku untuk ikut serta bergabung. Aku sih seneng-seneng saja
mengikuti kegiatan silaturahmi seperti ini, apalagi saat sekarang sudah senggang,
tidak ada kegiatan penting.
Di rentang tahun 1973
– 1984 aku bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di BKKBN Pusat, saat itu kantornya masih di Jl. MT
Haryono Cawang. Bahkan termasuk Pegawai yang masuk di awal penerimaan PNS
BKKBN. Aku ingat saat itu NIP ku 3800000026. Sempat juga menduduki jabatan
eselon IV disana, tetapi kemudian aku kuliah lagi dan memilih untuk berkarier
sebagai Notaris - PPAT.
Dari peserta yang
mengikuti wisata ini, hanya beberapa orang yang pernah bersama, selebihnya adalah
Pegawai baru yang masuk setelah aku meninggalkan BKKBN. Ada Bapak Slamet
Tjiptorahardjo, mantan Kepala Biro Kepegawaian, Mbak Winarti Kepala Bagian ku, kemudian dik Indri Yuliati,
dik Etty, dik Nuk, mas Darto, mbak Yayuk dan mbak Zuliana Hamzah. Setelah
mereka pensiun dan aku juga menyelesaikan tugas sebagai Notaris - PPAT, persahabatan
kembali terjalin. Sebenarnya masih banyak teman-teman BKKBN lainnya yang sering
kontak, tetapi rupanya mereka sedang punya acara sendiri.
Kadang sesuatu yang
tidak direncanakan terjadi begitu saja. Itu menurut kita manusia, tetapi yang
sebenarnya adalah Allah Swt telah merencanakannya.
Hari Pertama.
Tujuan kita adalah
berwisata ke Cirebon. Berangkat dari halaman Kantor BKKBN Pusat di daerah Halim Perdanakusuma
jam 8.00 dan mendarat di Tempat Parkir Bus dekat Batik Trusmi jam 11.00. Jadi
perjalanan lancar dan santai selama 3 jam. Santai sambil ngantuk dan sambil
nyanyi-nyanyi karaoke.
Kami turun dan teman-teman langsung menuju toko
Batik Trusmi yang besar dan luas seperti
supermarket itu. Aku berdua mas Suami adalah orang Solo, sudah jenuh dengan
batik. Kami ngopi di Kitchen Batik yang berada di depannya Batik Trusmi.
Rupanya banyak teman-teman yang membeli beberapa lembar kain batik untuk
digunakan di masa depan, maksudnya untuk kain pembungkus jenazah nanti. Tak
lama kemudian sudah terdengar Azan Dhuhur, dan kami sembahyang di Mushola Batik
Trusmi.
Waktu makan siang
tiba, kami kembali ke bus. Rombongan memilih untuk menikmati makan siang di
Empal Gentong Haji Apud yang terkenal itu. Nggak ke Cirebon kalau belum ke Haji
Apud. Karena hari ini Sabtu, hari week end, wisatawan begitu banyak memenuhi
tempat-tempat makan di kota Cirebon. Walaupun penuh, kami malahan mendapat
tempat di ruang ber Ac. Baru aku tahu, ternyata ada 2 macam Empal yaitu Empal
Gentong yang berkuah santan, dan Empal Asem yang berkuah bening dengan
irisan tomat merah seperti sop. Keduanya dengan bahan dasar daging sapi.
Aku mencoba Empal asem dan mas Suami Empal Gentong dengan minuman kelapa
muda (degan). Berdua suami, membayar sekitar 70 ribu rupiah.
Setelah mengisi perut,
rombongan menuju Gua Sunyaragi. Sebenarnya aku ingin mendengar cerita
mengenai obyek wisata ini dari Guide yang memang ditugaskan untuk
menjelaskannya. Rupanya teman-teman sangat antusias dan sudah langsung berjalan
kearah gua. Untuk sampai ke gua, kami harus turun naik karena kontur tanahnya demikian.. Agak khawatir dengan lututku yang bermasalah.
Di pintu masuk tadi
tidak disediakan brosur, demikian pula sampai di halaman gua tidak ada Papan Petunjuk
mengenai sejarah atau asal usul gua ini, sebagaimana sering aku temui di
situs-situs sejarah. Barangkali karena sudah ada Guide yang ditugaskan untuk
itu. Sunya artinya sunyi. Ragi maksudnya raga. Tempat ini diperuntukkan
bersemedi atau bertapa. Dari Google dapat diketahui bahwa Gua Sunyaragi
dibangun oleh Pangeran Kararangen, cicit dari Sunan Gunung Jati.
Bangunan eksotis ini menggunakan material dari Batu Karang Laut Selatan dengan
gaya Arsitekstur Hindu, Islam, Cina dan Eropa. Karena lokasinya di tengah kota,
pastilah banyak pengunjung yang datang setiap harinya. Berbarengan dengan
rombongan kami, ada beberapa bus siswa-siswa SMP Cibitung. Sebagai Kota Wisata,
Cirebon yang walaupun jaraknya cukup jauh tetapi dengan adanya tol menjadi
mudah dijangkau dari Jakarta, akan selalu ramai dengan wisatawan
domestik.
Obyek wisata lain yang
kami kunjungi adalah Rumah Kerang. Sebenarnya lokasinya masih di dalam
kota Cirebon. Tapi karena bus kami bus besar yang tidak bisa melewati jalan
yang kecil, maka harus berputar. Tempat
ini memproduksi dan menjual barang-barang yang terbuat dari kerang dan kulit
mutiara. Untuk bisa menghasilkan barang-barang cantik seperti ini, memerlukan
kreativitas yang tinggi. Hiasan berupa Furniture Meja Kursi, Kap lampu, Kaca Hias,
dan pernik-pernik barang-barang kecil untuk pajangan tampak sangat cantik dan
menarik. .Kap lampu berbentuk bola terbuat kulit kerang yang dipenuhi bunga
mawar dari kerang, menutupi seluruh
permukaan bola. Didalamnya sudah ada bola lampunya. Harganya 1,2 juta rupiah. Ada
lagi pembatas ruangan dari kulit kerang warna merah yang ditata
sedemikian rupa Didalamnya juga sudah terdapat lampu. Ketika dinyalakan, kap
lampu dan divider itu tampak sangat artistik.
Selain barang-barang
besar untuk hiasan dalam rumah yang rata-rata harganya diatas 1 juta rupiah, perhiasan
kalung dan anting yang cantik yang harganya tidak mahal juga ada. Seorang teman
telah membeli Kalung Mutiara ditengahnya terdapat hiasan kulit kerang yang lucu seharga 230 ribu rupiah. Berbagai furniture dan lampu hias cantik-cantik itu sepertinya
tidak cocok untuk dipajang di rumahku yang bergaya minimalis. Jadi lupakan
untuk membelinya……......
Rombongan kembali ke
bus dan langsung menuju hotel Langen Sari untuk cek in serta istirahat. Hotelnya
sederhana tetapi lokasinya sangat strategis. Setelah bongkar tas koper, mandi
dan istirahat sejenak, telah terdengar azan magrib untuk wilayah Cirebon.
Kamipun berhikmat kepadaNya, bersyukur bahwa hari ini telah menikmati keceriaan
dan kegembiraan bersama.
Sesuai kesepakatan
rombongan, untuk makan malam kami mencari tempat makan disekitar hotel.
Diseberang hotel terdapat tempat makan Sea Food dan ayam/bebek. Berdua kami
kesana pesan nasi goreng dan ikan bakar. Ternyata di malam minggu, pengunjung
tempat makan disini banyak sekali sehingga pelayannya kewalahan. Teman-teman yang
berdatangan kemudian harus menunggu lama untuk bisa menikmati makan malamnya.
Masih ada acara lagi rupanya. Di lantai 2 hotel, Panitya sudah memesan musik
organ untuk hiburan kita. Jadilah kita berkumpul nyanyi-nyanyi dan
berjoget ria hingga jam 11 malam.
Hari kedua.
Hotel kami berada di
jalan utama kota Cirebon, dimana setiap hari minggu digunakan untuk Car Free
Day. Pagi-pagi sudah ramai masyarakat warga setempat memanfaatkannya untuk olah
raga jalan pagi. Penjual buah dan makananpun mendapatkan rejekinya disini. Kebetulan
sekarang saatnya musim Mangga Gedong Gincu yang merupakan buah andalan
kota Cirebon. Aku beli banyak buat oleh-oleh, per keg 20.000. Ada yang menarik
selain mangga, yaitu camilan berupa Baby Crab dengan bumbu berbagai rasa
yang sudah dipack rapi. Rasa keju, rasa
ayam bakar, rasa pedas dan lain-lain. Kayaknya enak nih buat oleh-oleh
gadis-gadis kecilku…..bungkus .....
Kami sarapan di hotel, dan sesuai rencana jam 9.00 meninggalkan hotel menuju Kota Kuningan. Kuningan
berjarak sekitar 30 km dari Cirebon. Ada satu tempat bersejarah di Kuningan,
yaitu di Linggar Jati. Kami menuju lokasi ini dimana terdapat gedung tempat
berlangsungnya perundingan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Belanda.
Pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir, dan Belanda
diwakili oleh Tim yang disebut Komisi Jendral dipimpin oleh Wim Schermerhorn
dengan anggota H.J. Van Mook dan Lord Killearn, sedangkan Ingrris bertindak
sebagai Mediator. Hasil perundiangan ini antara lain Pengakuan Belanda secara de
facto atas wilayah Republik Indonesia yaitu Jawa, Sumatera dan Madura. Namun
dalam perkembangannya kemudian, Belanda melanggar perjanjian sehingga meletus
Agresi Militer I pada 21 Juli 1947.
Ruangan berikut meja kursi yang digunakan dalam perundingan masih
tertata sebagaimana dahulu adanya. Kami
berfoto ria di lokasi bersejarah ini.
Semakin siang semakin
banyak tamu yang datang, menjadikan ruangan penuh pengunjung. Aku teringat
seorang Klien yang ketika tanda tangan di kantorku dulu, berpesan kepadaku
untuk mampir atau memberi kabar jika suatu ketika sampai ke Linggarjati.
Rumahnya hanya berjarak 4 rumah dengan Bangunan bersejarah itu. Akupun
menelponnya. Namanya ibu Sri, isteri dari Pak Amar. Kami ketemu di depan Gedung
dan kemudian aku diajak mampir kerumahnya. Karena waktunya sangat terbatas,
sekedar silaturahmi hanya sebentar. Pulangnya malahan mendapat tentengan
oleh-oleh.
Dari Linggarjati,
rombongan bus menuju obyek wisata Cibulan, yang masih di wilayah
Kabupaten Kuningan. Cibulan merupakan kolam renang, dimana kita bisa berenang
atau berendam bersama Ikan-ikan yang dikeramatkan, namanya ikan Dewa.
Ikan-ikan besar itu tidak boleh dipancing. Begitu banyaknya pengunjung, sehingga kolam
renang sudah bagaikan cendol ……..
Kami hanya
melihat-lihat berkeliling lokasi saja. Selain kolam renang, juga tersedia
terapi ikan. Kaki kita direndam di kolam kecil dimana banyak ikan kecil-kecil berwarna
hitam akan menggigit atau membersihkan kotoran pada kaki hingga bersih. Kalau
sudah bersih, ikan itu akan menjauh, Untuk terapi ikan ini, diminta membayar 5
ribu rupiah.
Ketika azan berkumandang, bersama teman-teman kami sholat di Mushola. Jam 13.00 bus mulai
meninggalkan Cibulan. Banyak teman-teman mborong oleh-oleh disini. Harganya
murah-murah, khususnya hasil bumi setempat seperti mangga gedong gincu, sukun
dan petai. Mangga Gedong Gincu yang di Cirebon harganya 20 ribu rupiah, disini
setengahnya.
Bus sekali lagi
berhenti di toko oleh-oleh Teh Diah, untuk memberi kesempatan bagi
yang belum membeli oleh-oleh karena kami akan langsung kambali ke Jakarta
setelah makan siang. Makan siang kami di Rumah Makan Syabilla Jl. Raya
Kondangsari Beber Km 14 Cirebon dengan hidangan Sop Ayam, Aneka Lauk dan Sayur, dengan cara mengambil sendiri.
Terima kasih kepada Bpk Slamet Tjiptorahardjo, yang telah mengajak kita wisata bersama. Saat ini beliau telah 79 tahun, semoga senantiasa sehat dan gembira. Terima kasih juga kepada Panitya dan tentunya tak lupa kepada pak Sopir Bus dan asistennya.
Selamat berpisah.......
in shaa allah jumpa lagi di kesempatan wisata berikutnya.
Jakarta, 30 Nopember
2019.
Wassalamualaikum ww.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus