Assalamu’alaikum ww.
Batu
Cave
adalah tujuan kami sebelum ke Genting
High Land. Dari Kuala Lumpur berjarak 13 km, ke arah utara. Ketika kami
tiba disana, bus-bus wisatawan sudah mulai berdatangan. Pemandangan pertama yang
aku temui, dari jauh tampak sebuah Patung Emas dan disamping patung terdapat
Kuil Hindu. Patung emas itu adalah Patung
Dewa Muruga yang tingginya 42,7 M. Dibelakangnya, ada tangga naik keatas,
tingginya lebih kurang 100 M, dimana ada sebuah Gua dan Kuil. Jumlah tangganya
ada 272 langkah.
Kebanyakan pengunjung tidak naik ke Goa dan Kuil, kecuali
tentu yang beragama Hndu. Gua ini adalah situs ziarah bagi umat Hindu, yang
merupakan salah satu kuil Hindu di luar India yang paling populer. Setiap tahun
di bulan Januari/Februari, diadakan Festival disini, namanya Festival
Thaipusam. Saat kami berada disini, terik matahari begitu menyengat, rasanya sangat nikmat
jika duduk santai menikmati es kelapa muda yang dijual disekitar lokasi. Harga
kelapa muda sejuk (maksudnya dengan es) 20 RM.
Tujuan selanjutnya adalah Genting High Land, yang berjarak 45 km
dari Kuala Lumpur. Setelah beberapa saat meninggalkan Batu Cave, perjalanan
mulai meluk-liuk memasuki wilayah pegunungan dengan udara yang sejuk. Jalan
yang mulus dengan deretan pepohonan yang hijau, membuat perjalanan tidak melelahkan.
Malaysia memiliki jalan-jalan lebar dan mulus yang menghubungkan ke semua
wilayahnya. Lebih nyaman lagi karena tidak banyak sepeda motor sehingga lalu
lintas tidak terlalu padat dan tidak ada kemacetan. Mungkin juga karena jumlah
penduduknya sedikit, terasa lebih longgar. Aku suka melihat pinggiran jalan
tol masih dipertahankan untuk keberadaan hutan yang dipenuhi pepohonan hijau.
Sebelum memasuki wilayah
Genting High Land, kami makan siang terlebih dahulu bersama Pak Mani, Driver sekaligus Guide kami,
di sebuah tempat makan dengan menu Malaysia. Pak Mani adalah warga negara
Malaysia keturunan India. Dia adalah generasi ketiga, dahulu kakeknya berhijrah
ke Malaysia ketika negeri ini masih dibawah Inggris. Melihat keberadaan Kuil-kuil
Hindu di Kuala Lumpur, aku kira diantara ketiga etnis yang berada di Malaysia
yaitu Melayu, China dan India rukun-rukun saja. Namun ternyata, ada juga gesekan-gesekan
yang kadang mengganggu.
Beberapa
saat kemudian, kami tiba di Stasiun pemberangkatan kereta gantung. Pak Mani
membelikan tiket untuk kami berdua pulang pergi, dan selanjutnya kami masuk ke
antrian panjang pengunjung. Pak Mani akan menunggu di stasun ini hingga kami
kembali. Berbagai bangsa masing-masing dengan warna kulitnya, antri untuk ke
Genting High Land, yang berada 6.000 m diatas permukaan laut.
Kereta Gantung
yang kami tumpangi mempunyai 8 tempat duduk yang tidak berhadapan. Perjalanan cukup
mendebarkan, kereta naik turun melalui kabel baja, mengikuti tinggi rendahnya
gunung. Di sebelah kami, sepasang suami isteri orang Itali asyik memotret
pemandangan diluar kereta gantung. Di balik tempat duduk kami, ada keluarga muda
China bersama anaknya yang masih kecil.
Kereta Gantung atau Cable car yang
seperti ini sama dengan yang di ada di Dufan Ancol atau Taman Mini
Indonesia Indah. Tetapi yang sekarang ini berada diatas gunung dan lembah. Sekali-sekali
kabut putih menutupi pandangan mata beberapa saat. Aku sempat khawatir juga.
Apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan, bisa-bisa kita lama berada
di kereta gantung berayun-ayun tertiup angin, menunggu ada Petugas yang
menolong. Ah, berserah diri saja, Allah Maha Penolong.
Seandainya
saja perjalanan dengan kereta gantung ini terlaksana di sekitar Danau Toba, memandang
pemandangan kebawah, tentu sangat keren....... Perjalanan 15 menit pun berakhir. Turun dari
kereta gantung, rupanya kami sudah berada di lantai basement Hotel Resort World
Genting. Naik Escalator sekali, sampai di Loby hotel langsung arah pintu keluar
menuju pelataran hotel. Udara dingin sejuk. Thermometer digital dari kejauhan
menunjukkan angka 22 derajat Celsius. Alangkah segarnya kalau mencicipi kopi
hangat yang ada di Cafe teras Hotel ini. Untuk beberapa saat kami
menikmati secangkir capuchino dan sepotong roti di teras hotel ini. Santai.
Aku
mendengar bahwa Genting High Land terkenal tempat judinya. Hal tersebut sempat kutanyakan ke Pak Mani.
Katanya, memang benar, dan Casino
itu berada di Lantai 1 Hotel Resort
World Genting ini dan di Lantai 1 Hotel
First World. Katanya lagi, para penjudi itu datang dari luar Malaysia. Mereka
yang hendak berjudi harus membawa uang tunai. Jadi tidak akan naik kereta
gantung. Mereka langsung naik mobil, karena ada jalan darat ke Hotel yang
ditempuh hanya 20 menit. Sekalipun tinggal selangkah, tidak ada terbetik keinginan
untuk menengok tempat judi itu. Dibelakang meja kami, ada satu rombongan turis dari China yang
sedang ngobrol sambil minum kopi. Mereka kah para Penjudi itu? Mungkin saja. Ah, kok jadi suudzon......
Sesuai rencana,
kami tidak lama berada di Genting. Menuju kembali ke stasiun kereta gantung,
kami harus melewati Mall yang ada di lantai dasar hotel, dimana banyak restoran
dan toko-toko. Kebetulan saat itu sedang berlangsung Pesta Pembukaan sebuah Restoran
Jepang, pemiliknya adalah Kobe Gyu
Takumi, Sdn Bhd. Krans bunga indah sebagai ucapan selamat berderet diluar
restoran. Tak melewatkan kesempatan, foto dulu ah... kapan lagi ......
Di dekat
stasiun, ternyata ada sebuah Musholla, disini kami melaksanakan shalat Dhuhur
dan Ashar sebelum kembali ke Kuala Lumpur. Kereta gantung menuju kembali banyak yang kosong,
tetapi terus saja berjalan. Yang kami tumpangi hanya berisi kami berdua saja.
Kali ini aku tidak lagi khawatir, mulai bisa melihat-lihat apa saja jenis
vegetasi yang ada dibawah sana. Tampak pohon kayu manis berdaun kemerahan di
pucuknya, beberapa pohon palem ekor tupai, palem hutan, pakis, rumput-rumputan
tinggi yang berbunga, bambu daun kecil dan pohon lainnya.
Jakarta, 15
September 2016.
Wassalamu’alaikum
ww.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar