Assalamu’alaikum
ww.
Ketika
Pramugari memberitahukan bahwa pesawat hendak mendarat, aku melongokkan kepala
ke jendela. Tampak pemandangan dibawah sana, daratan luas penuh dengan kebun kelapa
sawit. Ada yang baru ditanami, berjejer rapi atau melingkar-lingkar. Yang
berjajar rapi itu kebun sawit di lahan datar, dan yang melingkar-lingkar itu
berada di perbukitan, ditanam mengikuti kontur tanahnya.
Pemandangan sepert ini sama dengan apa yang
ada ditanah air, tetapi di Malaysia ini
perkebunan sawit banyak menggunakan tenaga kerja Indonesia. Dan sesaat kemudian,
aku berdua suami sudah mendarat di Kuala
Lumpur International Airport di Sepang. Setelah naik kereta api menuju
“bagage claim” untuk mengambil kopor, keluar dari airport kami sudah dijemput Pak Mani, yang akan mendampingi kami
sebagai Driver, Guide, sekaligus "fotographer".
Sebenarnya sebelum
kunjungan yang sekarang ini (tanggal 2 - 5 September 2016), aku sudah beberapa
kali mengunjungi negeri ini. Pertama
di tahun 2000, ketika mengantarkan anakku Ade
Hesti melihat-lihat Sekolah di Malaysia, setelah lulus dari SMA Al Azhar. Saat
itu banyak anak-anak kita melanjutkan pendidikannya di luar negeri, karena jika
dihitung-hitung biayanya sama saja dengan kuliah di Universtas Swasta di dalam
negeri. Kelebihannya, anak menjadi lebih mandiri dan lebih menguasai bahasa Inggris.
Saat itu akhirnya anakku memilih belajar di Perth, Australia.
Itulah tahun-tahun dimana seluruh energi aku curahkan,
sebagai ibu yang bekerja sekaligus mendampingi 2 orang anak berusia dewasa muda
yang membutuhkan perhatian penuh. Kunjunganku yang kedua ke negeri ini adalah
wisata bersama teman-teman Dharma Wanita kantor suami. Selain itu kami sekeluarga berempat juga
pernah melakukan perjalanan darat dari Singapura ke Kuala Lumpur beberapa tahun
yang lalu. Dari kunjungan-kunjungan
tersebut, aku melihat Malaysia perlahan tapi pasti, menjadi negara yang
diperhitungkan di kawasan Asia, setelah Singapura. Ini adalah kerja nyata dari
salah seorang pemimpinnya, yang membawa Malaysia menjadi begitu maju. Tanpa Dr.
Mahathir bin Mohammad, belum tentu
Malaysia seperti sekarang. Begitulah pengakuan dari sebagian besar
rakyatnya.
Setelah
makan siang di Rumah Makan Sinaran dekat Airport, kami langsung mulai city tour.
Pertama menuju Istana Sultan yang lama,
yang sekarang menjadi Musium, Namanya MUZIUM
DIRAJA, berada di Jalan Istana, Kuala Lumpur. Di dalamnya kami tidak
diperbolehkan mengambil foto. Lokasi Musium berada di dekat gedung-gedung
tinggi di kota Kuala Lumpur. Dengan digunakannya Istana sebagai musium, dimana
Istana Sultan yang baru? Kami juga akan mengunjunginya nanti.
Di musium yang
dibuka pada 1 Februari 2013 ini, kami melihat ruangan-ruangan yang dahulu
digunakan oleh para Sultan, yaitu Ruang kerja, Ruang menerima tamu, Ruang
makan, Ruang Permasuri menerima tamu, Ruang Tidur, Klinik dan lain-lainnya. Di tempat inilah dahulu bersemayam
Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong I hingga XIV,
sejak tahun 1957 hingga tahun 2011.
Sultan yang terakhir, Yang Dipertuan Agong XIV, nama resminya adalah Al Mu'tasimu Billahi
Muhibbudin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah ibni Almarhum Sultan
Badlishah. Beliau adalah Sultan Kedah, sekaligus menjadi satu-satunya Sultan yang menjabat
sebagai Yang Dipertuan Agong sebanyak dua kali, karena beliau juga
pernah menjabat sebagai Yang Dipertuan Agong V.
Untuk diketahui, di Malaysia
terdapat 9 Kesultanan, yaitu Kedah, Perak, Selangor, Terengganu, Perlis, Negeri
Sembilan, Kelantan, Pahang dan Johor. Dantara ke sembilan Sultan tersebut secara
bergilir setiap 5 tahun sekali, salah satunya dilantik menjadi Yang Dipertuan
Agong. Istana ini meskipun sudah tua, tetapi tampak sangat terawat, dan aku
senang dengan pepohonan yang rapi berjajar di jalan masuk menuju Musium, membuat sengatan matahari terhalang pepohonan
sehingga terasa teduh dan nyaman.
Selanjutnya kami menuju ke suatu tempat
yang disebut MERDEKA SQUAIRE, atau
sebutan setempat adalah Dataran Merdeka. Disinilah lokasi diselenggarakannya
upacara hari Kebangsaan Malaysia ke 57 (semacam Hari Ulang Tahun Kemerdekaan) yang
baru saja berlalu. Sebagaimana diketahui, Malaysia merdeka dari Inggris tahun
1959. Di dekat lokasi tersebut, kami bersama para turis lain mengambil
foto-foto tempat-tempat bersejarah dan gedung-gedung kuno. Karena waktu kami
tidak banyak, cukuplah berada di salah satu Gedung kuno itu, di sekitar Gedung City Gallery, yang dibangun di
tahun 1899. Memang Gedung-gedung kuno itu memiliki keindahan tersendiri, dengan
model arsitektur sesuai jamannya. Banyak diantaranya dibangun sebelum tahun
1900, dan sebagian ada yang di awal tahun 1900.
Sebelum kami meninggalkan lokasi, tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah
piring bergambar foto kami berdua dengan latar belakang National
Textiles Museum, yang dibangun tahun 1905.
Gedung bergaya Moghul ini, sebelumnya juga pernah digunakan
untuk Kantor Proyek Pembangunan Menara Kembar. Harga foto di piring itu 25 RM,
bagus sekali buat kenang-kenangan. Mata uang Malaysia adalah Ringgit, yang
setara dengan Rp. 3.600 mata uang kita. Aku
juga sempat melihat hiasan Batik yang ada di lokasi ini. Memang Malaysia juga
mengembangkan batik, tetapi tak perlu risau, batik mereka berbeda dengan batik
kita.
Waktu
menjelang sholat ashar, kami menuju MASJID NEGARA untuk shalat Dhuhur sekaligus Ashar. Masjid Negara, yang
merupakan lambang keagungan Islam sebagai agama resmi di Malaysia, dibangun pada tahun 1963 dan diresmikan
pada 27 Agustus 1965. Masjid ini juga dbuka untuk para wisatawan non
muslim. Untuk mereka, disediakan busana muslim yang menutup aurat, baik bagi
pria maupun wanita. Warna busananya ungu, sehingga mudah membedakan bahwa
mereka turis non muslim. Lucu, melihat mereka.dengan mengenakan busana muslim dan
berjilbab, berselfi-ria dengan TongCis di dekat air mancur
yang ada di area masjid.
Masjid Negara ini cukup luas, tapi belum seberapa dibandingkan
Masjid Istiqlal kita. Yang sangat aku kagumi adalah kebersihannya. Tempat
wudhu yang rapi, toilet yang tidak berbau, hingga dalam Masjd yang tak berdebu,
tampak benar-benar apik. Saat kami berada disana, sedang diselenggarakan suatu Seminar
atau Bazar. Karena bukan waktu shalat, yang berada di tempat shalat hanya 5
orang.
Dari
Masjid Negara, kami menuju ISTANA SULTAN
yang dibangun diatas sebuah bukit. Istana yang sangat megah ini berada di
Jalan Duta, Kuala Lumpur, yang digunakan sejak tanggal 15 November 2011. Dari
kejauhan tampak bentuk bangunan seperti masjid dengan Kubah berwarna emas. Luas
lahan Istana ini 241 hektar. Wouw, betapa megahnya........... Kami hanya boleh
berfoto dari depan gerbang, sehingga bentuk Istananya kurang jelas. Ketika itu
matahari sedang terik menyengat,
sedangkan di depan gerbang Istana tidak ada pohon peneduh, sehingga kami tidak tahan
untuk berlama-lama disini.
Hari
menjelang sore ketika kami menuju MENARA
KEMBAR PETRONAS atau disebut juga Twin
Tower, yang nama resminya adalah
Kuala Lumpur City Center (KLCC). Sebelum masuk kedalamnya, kami mengambil
foto dari sebuah tempat, dimana Menara Kembar sebagai latar belakang. Baru kemudan kami masuk dari pintu depan.
Menara berlantai 88 setinggi 452 M ini dibangun di tahun 1991 hingga selesai
tahun 1998, pada masa Malaysia dipimpin Perdana Menteri Tun Datuk Seri Dr.
Mahathir bin Mohammad. Lantai 1
hingga 4, digunakan untuk Pusat Perbelanjaan Mall Suria KLCC, sedang selanjutnya lantai 5 hingga 88 untuk perkantoran. Lantai 41,
dimana terdapat jembatan atau Sky Bridge
diantara kedua menara tersebut, serta lantai 86 terbuka bagi umum.
Kami
berdua sempat ngopi di Mallnya, sambil melihat-lihat apa saja yang menarik.
Tidak berbeda dengan Mall di Jakarta, Suria KLCC merupakan pusat belanja
bergengsi, dimana dapat dijumpai berbagai merek barang mewah serta
restoran dan cafe, dengan nama-nama yang tidak asing lagi bagi kita, seperti
Cofee Bean dan Star Buck. Acara City Tour hari ini diakhiri makan malam dengan
menu Tom Yum di sebuah tempat makan yang cukup nyaman. Selanjutnya, acara City
Tour dlanjutkan esok hari.
Kota Kuala Lumpur mulai menggeliat ketika kami
keluar dari Hotel Nova tempat kami
menginap, yang terletak di Daerah Bukit Bintang
ditengah kota Kuala Lumpur. Sebelum berangkat, sambil menunggu jemputan, aku
sempat berjalan-jalan sekeliling hotel. Di kiri kanan samping hotel berjejer
tempat makan, masakan China, Thailand, India, Sea Food, bahkan ada yang
menggunakan nama Bali. Kalau pagi tempat makan itu buka seperti biasa tetapi
tidak kelihatan ramai. Tapi setelah malam turun, seluruh jalan di depan hotel
menjadi tempat makan kaki lima, yang ramai, dan itu adalah perluasan dari
restoran-restoran yang berada di jalan ini. Menurut Pak Mani Guide kami, makanan di restoran-restoran
tersebut tidak dapat dijamin kehalalannya. Oleh karena itu, kami tidak berminat
mencicipi masakannya, meskipun berada tepat di depan hotel.
Hari
ini kami akan ke Menara Kuala Lumpur,
sebuah Menara Telekomunikasi dengan tinggi
421 M, merupakan Menara ke 7 tertinggi di dunia. Menara Kuala Lumpur
merupakan ikon kota Kuala Lumpur, yang dibuka pada tahun 1995 Selain
untuk kepentingan telekomunikasi tempat ini diperuntukkan bagi masyarakat
berwisata. Menuju Menara, mobil naik melingkari bukit langsung keatas,
dan tiba di lantai dasar dimana terdapat Mini Zoo, tempat kita bisa berfoto
bersama binatang-binatang yang jinak seperti Burung, Iguana dan lain-lain. Di
lantai dasar juga terdapat Aquarium untuk anak-anak.
Kebetulan sekali, di dekat
Mini Zoo, banyak penjual buah yang menjual buah-buah lokal Malaysia seperti
Durian, klengkeng, leci dan sebagainya. Di tempat itu juga disediakan
kursi-kursi dimana kita boleh menikmati buah-buah itu ditempatnya. Di Malaysa,
saat ini sedang musim durian. Tak menyia-nyiakan kesempatan, aku memilih durian
yang sudah dipak dan duduk santai menikmatinya. Harga satu pak RM 15. Durian Musang King. Bener-bener
siiip.......... harum, manis dan legit.
Mengelilingi
lantai 1 bagian luar sambil mengambil foto-foto, aku perhatikan ternyata Menara
yang terletak di tengah-tengah kota Kuala Lumpur ini dikelilingi pohon-pohon-pohon
rindang. Rupanya Menara berada di dalam, atau dikelilingi sebuah hutan. Namanya
Hutan Simpan Bukit Nanas, yang luasnya 9,37 hektar, merupakan Hutan Lindung
tertua di Malaysia.. Pantaslah udaranya sejuk. Pada saat dilakukan pembangunan
Menara, diusahakan sedemikian rupa untuk tidak merusak hutan lindung, sehingga
sebuah pohon Jelutong (Jelutung)
yang usianya sudah lebih dari 100 tahun, tetap tegak berdiri menggapai langit
disamping Menara. Bahkan kehadirannya dijaga dengan membuat tembok penahan agar
pohon itu tetap terpelihara, sehat, dan tidak terganggu.
Demikianlah manusia
berteman dengan alam, saling memberi dan saling menerima. Terinsprasi oleh nama
Bukit Nanas, bentuk ujung atas Menara dibuat menyerupai Nanas. Di bagian dalam Menara
lantai 1, terdapat beberapa restoran dan toko cinderamata. Naik lagi ke Lantai
2 terdapat Restoran Berputar, yang jika kita ingin makan disitu harus booking
terlebih dahulu. Lantai 3 dan 4 digunakan untuk Kantor Telekom Malaysia (Telekom Malaysia Berhad). Adalah suatu
kebanggaan, bahwa ternyata Menara Kuala Lumpur ini dirancang oleh seorang warga
negara kita, Ir. Achmad Moerdijat alumni ITB.
City Tour selanjutnya adalah ke Central Market,
sebuah pasar tradisional yang dibangun pada tahun 1888, sudah ada sejak Negara
Malaysia dibawah kekuasaan Inggris. Pasarnya bersih dan teratur, tidak terlalu sesak. Disinilah
tempat mencari oleh-oleh khas Malaysia. Selain itu, juga djual disini barang-barang
tradisional, batik Malaysia, kerajinan tangan, barang-barang dari India,
kaos-kaos bertuliskan “I love Malaysia” dan lain-lain. Memang barang-barangnya berkelas,
harganya cukup reasonable. Untuk pakaian, jahitannya rapi dan warnanya tidak
pudar. Untuk kaos dan T Shirt, bahannya halus. Batik produk Malaysia
juga ada, berupa scarf, jilbab, gamis dan sebagainya. Akhirnya aku mendapatkan beberapa barang untuk oleh-oleh berupa taplak
kain khas India, yang jarang ditemui di tanah air. Juga kaos-kaos bergambar
Malaysia buat tiga gadis kecilku, Aisha, Lila dan Allura.
Jakarta, 13 September 2016.
Wassalamu’alaikum ww.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus