Kamis, 29 Juni 2017

Mengunjungi Malaysia : (1) City Tour Kuala Lumpur



Assalamu’alaikum ww.
Ketika Pramugari memberitahukan bahwa pesawat hendak mendarat, aku melongokkan kepala ke jendela. Tampak pemandangan dibawah sana, daratan luas penuh dengan kebun kelapa sawit. Ada yang baru ditanami, berjejer rapi atau melingkar-lingkar. Yang berjajar rapi itu kebun sawit di lahan datar, dan yang melingkar-lingkar itu berada di perbukitan, ditanam mengikuti kontur tanahnya.  

Pemandangan sepert ini sama dengan apa yang ada ditanah air,  tetapi di Malaysia ini perkebunan sawit banyak menggunakan tenaga kerja Indonesia. Dan sesaat kemudian, aku berdua suami sudah mendarat di Kuala Lumpur International Airport di Sepang. Setelah naik kereta api menuju “bagage claim” untuk mengambil kopor, keluar dari airport kami sudah dijemput Pak Mani, yang akan mendampingi kami sebagai Driver, Guide, sekaligus "fotographer".

Sebenarnya sebelum kunjungan yang sekarang ini (tanggal 2 - 5 September 2016), aku sudah beberapa kali mengunjungi negeri ini.  Pertama di tahun 2000, ketika mengantarkan anakku Ade Hesti melihat-lihat Sekolah di Malaysia, setelah lulus dari SMA Al Azhar. Saat itu banyak anak-anak kita melanjutkan pendidikannya di luar negeri, karena jika dihitung-hitung biayanya sama saja dengan kuliah di Universtas Swasta di dalam negeri. Kelebihannya, anak menjadi lebih mandiri dan lebih menguasai bahasa Inggris. Saat itu akhirnya anakku memilih belajar di Perth, Australia. 

Itulah tahun-tahun dimana seluruh energi aku curahkan, sebagai ibu yang bekerja sekaligus mendampingi 2 orang anak berusia dewasa muda yang membutuhkan perhatian penuh. Kunjunganku yang kedua ke negeri ini adalah wisata bersama teman-teman Dharma Wanita kantor suami. Selain itu kami sekeluarga berempat juga pernah melakukan perjalanan darat dari Singapura ke Kuala Lumpur beberapa tahun yang lalu.  Dari kunjungan-kunjungan tersebut, aku melihat Malaysia perlahan tapi pasti, menjadi negara yang diperhitungkan di kawasan Asia, setelah Singapura. Ini adalah kerja nyata dari salah seorang pemimpinnya, yang membawa Malaysia menjadi begitu maju. Tanpa Dr. Mahathir bin Mohammad, belum tentu Malaysia seperti sekarang. Begitulah pengakuan dari sebagian besar rakyatnya.

Setelah makan siang di Rumah Makan Sinaran dekat Airport, kami langsung mulai city tour. Pertama  menuju Istana Sultan yang lama, yang sekarang menjadi Musium, Namanya MUZIUM DIRAJA, berada di Jalan Istana, Kuala Lumpur. Di dalamnya kami tidak diperbolehkan mengambil foto. Lokasi Musium berada di dekat gedung-gedung tinggi di kota Kuala Lumpur. Dengan digunakannya Istana sebagai musium, dimana Istana Sultan yang baru? Kami juga akan mengunjunginya nanti.

Di musium yang dibuka pada 1 Februari 2013 ini, kami melihat ruangan-ruangan yang dahulu digunakan oleh para Sultan, yaitu Ruang kerja, Ruang menerima tamu, Ruang makan, Ruang Permasuri menerima tamu, Ruang Tidur, Klinik  dan lain-lainnya. Di tempat inilah dahulu bersemayam Seri Paduka Baginda Yang Dipertuan Agong dan Raja Permaisuri Agong I hingga XIV, sejak tahun 1957 hingga tahun 2011. 

Sultan yang terakhir, Yang Dipertuan Agong XIV, nama resminya adalah Al Mu'tasimu Billahi Muhibbudin Tuanku Alhaj Abdul Halim Mu'adzam Shah ibni Almarhum Sultan Badlishah. Beliau adalah Sultan Kedah, sekaligus menjadi satu-satunya Sultan yang menjabat sebagai Yang Dipertuan Agong sebanyak dua kali, karena beliau juga pernah menjabat sebagai Yang Dipertuan Agong V. 

Untuk diketahui, di Malaysia terdapat 9 Kesultanan, yaitu Kedah, Perak, Selangor, Terengganu, Perlis, Negeri Sembilan, Kelantan, Pahang dan Johor. Dantara ke sembilan Sultan tersebut secara bergilir setiap 5 tahun sekali, salah satunya dilantik menjadi Yang Dipertuan Agong. Istana ini meskipun sudah tua, tetapi tampak sangat terawat, dan aku senang dengan pepohonan yang rapi berjajar di jalan masuk menuju Musium, membuat sengatan matahari terhalang pepohonan sehingga terasa teduh dan nyaman.   

 

Selanjutnya kami menuju ke suatu tempat yang disebut MERDEKA SQUAIRE, atau sebutan setempat adalah Dataran Merdeka. Disinilah lokasi diselenggarakannya upacara hari Kebangsaan Malaysia ke 57 (semacam Hari Ulang Tahun Kemerdekaan) yang baru saja berlalu. Sebagaimana diketahui, Malaysia merdeka dari Inggris tahun 1959. Di dekat lokasi tersebut, kami bersama para turis lain mengambil foto-foto tempat-tempat bersejarah dan gedung-gedung kuno. Karena waktu kami tidak banyak, cukuplah berada di salah satu Gedung kuno itu, di sekitar Gedung City Gallery, yang dibangun di tahun 1899. Memang Gedung-gedung kuno itu memiliki keindahan tersendiri, dengan model arsitektur sesuai jamannya. Banyak diantaranya dibangun sebelum tahun 1900, dan sebagian ada yang di awal tahun 1900.  

Sebelum kami meninggalkan lokasi, tiba-tiba seseorang menyodorkan sebuah piring bergambar foto kami berdua dengan latar belakang National Textiles Museum, yang dibangun tahun 1905. Gedung bergaya Moghul ini, sebelumnya juga pernah digunakan untuk Kantor Proyek Pembangunan Menara Kembar. Harga foto di piring itu 25 RM, bagus sekali buat kenang-kenangan. Mata uang Malaysia adalah Ringgit, yang setara dengan Rp. 3.600 mata uang kita.  Aku juga sempat melihat hiasan Batik yang ada di lokasi ini. Memang Malaysia juga mengembangkan batik, tetapi tak perlu risau, batik mereka berbeda dengan batik kita. 


Waktu menjelang sholat ashar, kami menuju MASJID NEGARA untuk shalat Dhuhur sekaligus Ashar. Masjid Negara, yang merupakan lambang keagungan Islam sebagai agama resmi di Malaysia, dibangun pada tahun 1963 dan diresmikan pada 27 Agustus 1965. Masjid ini juga dbuka untuk para wisatawan non muslim. Untuk mereka, disediakan busana muslim yang menutup aurat, baik bagi pria maupun wanita. Warna busananya ungu, sehingga mudah membedakan bahwa mereka turis non muslim. Lucu, melihat mereka.dengan mengenakan busana muslim dan berjilbab, berselfi-ria dengan TongCis di dekat air mancur yang ada di area masjid. 

Masjid Negara ini cukup luas, tapi belum seberapa dibandingkan Masjid Istiqlal kita. Yang sangat aku kagumi adalah kebersihannya. Tempat wudhu yang rapi, toilet yang tidak berbau, hingga dalam Masjd yang tak berdebu, tampak benar-benar apik. Saat kami berada disana, sedang diselenggarakan suatu Seminar atau Bazar. Karena bukan waktu shalat, yang berada di tempat shalat hanya 5 orang.  


 
 

Dari Masjid Negara, kami menuju ISTANA SULTAN yang dibangun diatas sebuah bukit. Istana yang sangat megah ini berada di Jalan Duta, Kuala Lumpur, yang digunakan sejak tanggal 15 November 2011. Dari kejauhan tampak bentuk bangunan seperti masjid dengan Kubah berwarna emas. Luas lahan Istana ini 241 hektar. Wouw, betapa megahnya........... Kami hanya boleh berfoto dari depan gerbang, sehingga bentuk Istananya kurang jelas. Ketika itu matahari sedang terik menyengat, sedangkan di depan gerbang Istana tidak ada pohon peneduh, sehingga kami tidak tahan untuk berlama-lama disini. 


Hari menjelang sore ketika kami menuju MENARA KEMBAR PETRONAS  atau disebut juga Twin Tower, yang nama resminya adalah Kuala Lumpur City Center (KLCC). Sebelum masuk kedalamnya, kami mengambil foto dari sebuah tempat, dimana Menara Kembar sebagai latar belakang.  Baru kemudan kami masuk dari pintu depan. Menara berlantai 88 setinggi 452 M ini dibangun di tahun 1991 hingga selesai tahun 1998, pada masa Malaysia dipimpin Perdana Menteri Tun Datuk Seri Dr. Mahathir bin Mohammad.  Lantai 1 hingga 4, digunakan untuk Pusat Perbelanjaan Mall Suria KLCC, sedang selanjutnya lantai 5  hingga 88 untuk perkantoran. Lantai 41, dimana terdapat jembatan atau Sky Bridge diantara kedua menara tersebut, serta lantai 86 terbuka bagi umum.

Kami berdua sempat ngopi di Mallnya, sambil melihat-lihat apa saja yang menarik. Tidak berbeda dengan Mall di Jakarta, Suria KLCC merupakan pusat belanja bergengsi, dimana dapat dijumpai berbagai merek barang mewah serta restoran dan cafe, dengan nama-nama yang tidak asing lagi bagi kita, seperti Cofee Bean dan Star Buck. Acara City Tour hari ini diakhiri makan malam dengan menu Tom Yum di sebuah tempat makan yang cukup nyaman. Selanjutnya, acara City Tour dlanjutkan esok hari.

 Kota Kuala Lumpur mulai menggeliat ketika kami keluar dari Hotel Nova tempat kami menginap, yang terletak di Daerah Bukit Bintang ditengah kota Kuala Lumpur. Sebelum berangkat, sambil menunggu jemputan, aku sempat berjalan-jalan sekeliling hotel. Di kiri kanan samping hotel berjejer tempat makan, masakan China, Thailand, India, Sea Food, bahkan ada yang menggunakan nama Bali. Kalau pagi tempat makan itu buka seperti biasa tetapi tidak kelihatan ramai. Tapi setelah malam turun, seluruh jalan di depan hotel menjadi tempat makan kaki lima, yang ramai, dan itu adalah perluasan dari restoran-restoran yang berada di jalan ini. Menurut Pak Mani Guide kami, makanan di restoran-restoran tersebut tidak dapat dijamin kehalalannya. Oleh karena itu, kami tidak berminat mencicipi masakannya, meskipun berada tepat di depan hotel. 
 

Hari ini kami akan ke Menara Kuala Lumpur, sebuah Menara Telekomunikasi dengan tinggi 421 M, merupakan Menara ke 7 tertinggi di dunia. Menara Kuala Lumpur merupakan ikon kota Kuala Lumpur, yang dibuka pada tahun 1995 Selain untuk kepentingan telekomunikasi tempat ini diperuntukkan bagi masyarakat berwisata. Menuju Menara, mobil naik melingkari bukit langsung keatas, dan tiba di lantai dasar dimana terdapat Mini Zoo, tempat kita bisa berfoto bersama binatang-binatang yang jinak seperti Burung, Iguana dan lain-lain. Di lantai dasar juga terdapat Aquarium untuk anak-anak. 

Kebetulan sekali, di dekat Mini Zoo, banyak penjual buah yang menjual buah-buah lokal Malaysia seperti Durian, klengkeng, leci dan sebagainya. Di tempat itu juga disediakan kursi-kursi dimana kita boleh menikmati buah-buah itu ditempatnya. Di Malaysa, saat ini sedang musim durian. Tak menyia-nyiakan kesempatan, aku memilih durian yang sudah dipak dan duduk santai menikmatinya. Harga satu pak RM 15. Durian Musang King. Bener-bener siiip.......... harum, manis dan legit. 

Mengelilingi lantai 1 bagian luar sambil mengambil foto-foto, aku perhatikan ternyata Menara yang terletak di tengah-tengah kota Kuala Lumpur ini dikelilingi pohon-pohon-pohon rindang. Rupanya Menara berada di dalam, atau dikelilingi sebuah hutan. Namanya Hutan Simpan Bukit Nanas, yang luasnya 9,37 hektar, merupakan Hutan Lindung tertua di Malaysia.. Pantaslah udaranya sejuk. Pada saat dilakukan pembangunan Menara, diusahakan sedemikian rupa untuk tidak merusak hutan lindung, sehingga sebuah pohon Jelutong (Jelutung) yang usianya sudah lebih dari 100 tahun, tetap tegak berdiri menggapai langit disamping Menara. Bahkan kehadirannya dijaga dengan membuat tembok penahan agar pohon itu tetap terpelihara, sehat, dan tidak terganggu. 

Demikianlah manusia berteman dengan alam, saling memberi dan saling menerima. Terinsprasi oleh nama Bukit Nanas, bentuk ujung atas Menara dibuat menyerupai Nanas. Di bagian dalam Menara lantai 1, terdapat beberapa restoran dan toko cinderamata. Naik lagi ke Lantai 2 terdapat Restoran Berputar, yang jika kita ingin makan disitu harus booking terlebih dahulu. Lantai 3 dan 4 digunakan untuk Kantor Telekom Malaysia (Telekom Malaysia Berhad). Adalah suatu kebanggaan, bahwa ternyata Menara Kuala Lumpur ini dirancang oleh seorang warga negara kita, Ir. Achmad Moerdijat alumni ITB
 

City Tour selanjutnya adalah ke Central Market, sebuah pasar tradisional yang dibangun pada tahun 1888, sudah ada sejak Negara Malaysia dibawah kekuasaan Inggris. Pasarnya bersih dan teratur, tidak terlalu sesak. Disinilah tempat mencari oleh-oleh khas Malaysia. Selain itu, juga djual disini barang-barang tradisional, batik Malaysia, kerajinan tangan, barang-barang dari India, kaos-kaos bertuliskan “I love Malaysia” dan lain-lain. Memang barang-barangnya berkelas, harganya cukup reasonable. Untuk pakaian, jahitannya rapi dan warnanya tidak pudar. Untuk kaos dan T Shirt, bahannya halus. Batik produk Malaysia juga ada, berupa scarf, jilbab, gamis dan sebagainya. Akhirnya aku mendapatkan beberapa barang untuk oleh-oleh berupa taplak kain khas India, yang jarang ditemui di tanah air. Juga kaos-kaos bergambar Malaysia  buat tiga gadis kecilku, Aisha, Lila dan Allura.   

 Jakarta, 13 September 2016.
 Wassalamu’alaikum ww.



1 komentar: