Hari Senin tanggal 28 Nopember 2016, kami
kakak-beradik/bersepupu, delapan orang berangkat ke Guci. Guci adalah sebuah tempat
wisata dimana terdapat pemandian air panas yang berada di selatan Slawi,
Tegal, Jawa Tengah. Hari sudah agak siang ketika kami berangkat, Dapat
dibayangkan, Jakarta di hari senen pagi ……. bak rimba mobil. Baru keluar dari
rumah saja, sudah harus bersabar menghadapi kemacetan. Rupanya sebuah mobil
putih mogok diatas jembatan layang di depan Mall Kalibata. Setengah jam lamanya
menunggu kemacetan terurai sebelum Pak Polisi hadir. Kami menggunakan dua mobil,
berjanji untuk bertemu di Rest Area Bekasi Timur, kemudian bersama-sama
beriringan menuju Guci.
Aku perkenalkan ya, para peserta dari yang tertua
ke yang termuda. Suamiku mas Djoko Darmono dan Aku, kemudian Adik Sepupu suami,
aku memanggilnya dik Nuk (suaminya telah almarhum), lalu Adikku yang nomor
tiga, dik Gun (suaminya telah almarhum), Adikku yang nomor 4 dik Pri bersama
isterinya dik Astrid, dan terakhir adik bungsu suamiku, dik Dib bersama
isterinya dik Nancy. Kami semua sudah senggang karena sebagian sudah purna
tugas, sedangkan aku masih aktif, tetapi sebentar lagi mau pensiun. Beberapa waktu
yang lalu kami telah sepakat untuk berkumpul sebulan sekali, sambil jalan-jalan ke tempat-tempat wisata
yang dekat-dekat saja. Perjalanan ke Guci ini adalah pertemuan sembari
jalan-jalan yang ketiga.
Perjalanan ke Guci ini lumayan jauh tetapi
relative nyaman karena didominasi jalan tol. Mengingat jarak tol yang panjang,
kami memutuskan beristirahat di Rest Area Kedua setelah masuk Tol Cipali yaitu
di Resto Pring Sewu. Tadinya kami pesan minuman saja karena makanan sudah kami
siapkan dari rumah masing-masing. Tetapi kemudian menambah sayur Cap Jay dan
Kangkung Ca. Asyik dan seru, makan siang dengan Ikan masak kuning dan balado
kentang, sayuran serta sambal pedas. Kemudian ngopi ……….. dan tak lupa
foto-foto selfi……..
Di hari biasa Jalan Tol Cipali tidak padat.
Selepas dari Tol kami menuju kota Tegal, dan kemudian kearah Slawi. Untuk memudahkan perjalanan,
aku mengaktifkan Google Map. Mulai
pertigaan di Lebak Siu, belok ke kiri kemudian naik keatas, jalanan sudah mulus,
Menyusuri kelok-kelok lereng gunung, udara mulai dingin. Jendela mobil kami buka
sedikit untuk merasakan semilirnya angin gunung. Jalanan sepi karena kami
datang bukan di hari week-end. Kami langsung menuju Hotel Sankita, yang telah
kami pesan sebelumnya.
Alhamdulillah akhirnya kami sampai di hotel. Segera saja
Sholat jamak Dhuhur Ashar, sebelum habis waktunya. Masing-masing kemudian
langsung beraktifitas, ada yang beberes, ada yang
langsung nyemplung di kolam air panas di depan hotel, dan ada yang
mempersiapkan makan malam. Melihat kolam air panas yang bening dan beruap di
depan hotel, walaupun hujan gerimis tak menyurutkan keinginan untuk berendam di
kehangatannya. Airnya sungguh bening dan tidak ada bau belerang sedikitpun. Terbayang, jika
tiga gadis kecilku ikut, pasti seneng bermain air hangat di kolam depan
hotel ini.
Karena tidak disediakan kolam untuk anak kecil,
tentu mereka harus menggunakan ban.
Tak terasa senja mulai turun. Tampak kabut
menyelimuti pepohonan di lereng Gunung Slamet. Makan malam terasa nikmat karena dik Astrid sudah mempersiapkan
masakan Tom Yum yang dibawa dari Bekasi dalam keadaan matang
tetapi kuahnya dipisah, sehingga tinggal mencampur saja. Kompor yang dibawa
tidak digunakan karena di vila yang terdiri dua kamar ini ada dapur kecilnya.
Memang ketiga adikku itu, dik Gun, dik Astrid
dan dik Nancy
semuanya jago masak, masakannya seperti masakan restoran. Aku yang nggak bisa
masak tinggal santai menikmatinya. Dan akhirnya kami
terlelap di pelukan malam di kota kecil yang dingin ini.
Azan subuh
terdengar, ketika aku bangun. Wah, dingin sekali. Selimut tebal rupanya meredam
dingin semalam sehingga tidurku nyenyak. Suara gemericik air yang jatuh di atap
vila, menandakan hari hujan. Bergegas rapi-rapi ruangan kemudian mandi. Sementara
bapak-bapak mencuci mobil, ibu-ibu yang sudah rapi dengan membawa
payung
mulai keluar hotel berjalan santai menyusuri jalanan mulus menanjak
disamping
hotel.
Gerimis
telah reda. Pagi masih belum terang benar, tampak jajaran pohon pinus yang
cantik mengingatkanku pada kota
Tawangmangu di kaki Gunung Lawu yang dulu sering aku kunjungi. Meski gerimis turun
lagi, kami tetap keukeuh karena sudah tersedia payung
di tangan.
Sambil menikmati segar dan dinginnya udara pagi, kami terus berjalan naik,
melewati Makam yang dikeramatkan di daerah ini. Khawatir
belum tahu lokasi dimana Pemandian Air panas, akhirnya kami menanyakan
ke seorang Bapak Pemilik Kendaraan yang sedang parkir di tepi jalan, apakah
bisa mengantarkan ke Pemandian, Mengantar sampai ke Pemandian dan kembali ke hotel
ongkosnya 10 ribu rupiah per orang. Kami sepakat dan berangkat
dengan mobil Pick
Up, yang sepertinya adalah kendaraan pengangkut sayuran
Dalam
perjalanan, kami mampir ke sebuah Air Terjun, namanya Air Terjun
Jedor. Sebentar aku melihat kebawah, kelihatannya tidak terlalu
curam. Namun kami berhati-hati, karena banyak terjadi
tempat-tempat seperti ini longsor. Hari sudah mulai terang.
Kendaraan
meneruskan perjalanan melalui rumah-rumah penduduk yang masih tertutup
pintunya, Anak-anak dengan seragam mulai tampak berjalan menuju sekolah. Sampai di
sebuah Jembatan kami turun. Disinilah lokasi Pemandian Air Panas Guci. Di
sebelah kanan jembatan, tampak masih asli, berupa kolam seadanya.
Masuk ke sini tidak dipungut biaya. Sedang disebelah kiri jembatan, dipungut
biaya karena kolam dibuat lebih bagus dan lebih tertata.
Kami
menuju ke sebelah kanan Jembatan. Tampak Air terjun yang
mengalir ke sebuah sungai. Terdapat di sisi kiri, beberapa kolam
sederhana bertingkat-tingkat. Air panasnya dialirkan melalui pipa pralon besar
dan muncul di dinding kolam sebagai Pancuran. Karena jumlahnya 13, disebut
Pancuran 13. Belum banyak pengunjung yang berendam mandi
disini. Kami menikmati air hangat dengan hanya
memasukkan kaki di kolam.
Puas bermain air dan
berfoto-ria, kemudian kami diajak pak Sopir ke Pasar Oleh-oleh,
dimana banyak dijual berbagai makanan produk setempat. Aku agak takut melihat Manisan
Pepaya
dengan warna-warni
yang mencolok mata, Jangan-jangan menggunakan pewarna kimia. Ada juga sayuran dijual disini. Buah petai yang
ranum-ranum teronggok di toko yang kami kunjungi. Sayang di rumah
tidak banyak yang suka makan petai.
Kembali ke hotel,
ternyata bapak-bapak sudah menikmati sarapan nasi goreng dan
teh hangat yang
disediakan hotel, dinikmati di
pinggir
kolam. Kamipun langsung nimbrung memesan nasi goreng juga. Duh, betapa nikmatnya duduk
berkumpul keluarga sambil ngobrol di tempat yang sejuk ini.
Di
depan kami tampak lereng-lereng pegunungan Slamet dengan
pepohonan
yang rimbun nan hijau. Semoga masyarakat dan pemerintah daerah
disini
telah memahami pentingnya menjaga pepohonan tanaman keras
itu,
agar tetap tegak berdiri dan rimbun, agar air yang selama ini menjadi daya tarik
wisata Guci tidak mengering. Jangan sampai
lahan di lereng-lereng itu berubah menjadi kebun sayur sehingga tidak ada lagi
penahan tanah dan penyerap air hujan, yang pada akhirnya akan
mengakibatkan longsor. Kembali adik-adik turun
ke kolam air panas dan berenang sepuasnya.
Sebelum tiba
waktu cek out, kami makan siang bersama lebih dahulu dengan
menghabiskan
masakan yang telah kami bawa, berfoto dan kemudian
kembali ke Jakarta. Semoga suatu ketika nanti kami akan kembali ke Guci
dengan keluarga, anak-cucu dan teman-teman lainnya.
Untuk sekedar
diketahui, perjalanan Jakarta - Guci dan sebaliknya,
memerlukan waktu 7 jam.
Tol Jakarta - Cipali keluar Brexit dan
sebaliknya, menghabiskan Rp. 325.000.
Harga
kamar Hotel Sankita di week day Rp. 375.000 dan di week end 400.000. Pelayanan
Hotel lumayan bagus. Meskipun kami akan meninggalkan hotel hari ini, mereka mau
membersihkan kamar kami. Nah, jika teman-teman ada waktu
senggang,
tinggalkan sejenak kepengapan Jakarta dengan merasakan sejuknya
udara dan segarnya air panas di lereng Gunung
Slamet, yang relative
tidak
jauh jaraknya dari kota Jakarta.
Jakarta, 4 Desember 2016.
Wassalamu'alaikum
ww.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus