Jumat, 08 Juli 2016

Kesetiaan seorang Yu Wi


Assalamu'alaikum ww.

sebuah kesetiaan, tak lekang oleh waktu

bahkan hingga ke anak cucu

itulah kesetiaan seseorang yang pernah 

menemani ibuku,

nenekku, kemudian adikku, kakakku, dan lalu aku

diapun menua bersamaku

 

Setelah peringatan seribu hari Almarhum Ibu beberapa waktu yang lalu, aku mulai menginventarisir apa yang sebaiknya dilakukan oleh aku, putrinya. Diantaranya adalah “melanjutkan silaturahmi” beliau. Tidak jauh-jauh, aku teringat akan seseorang yang sangat berarti bagi Almarhum Ibu, yang telah merawat beliau hingga akhir hayatnya. Karena sejak 13 tahun terakhir Ibu tinggal bersamaku, akupun sangat mengenalnya

Yu Wi, demikianlah kami memanggil namanya. Nama di KTP nya adalah Simi. Siapa sebenarnya Yu Wi itu? Dia adalah seorang ibu dari 2 orang anak laki-laki, berasal dari sebuah desa di wilayah Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Umurnya setahun lebih muda dari aku. Menurut cerita Yu Wi  kepada Ibu, yang kemudian diceritakan Ibu kepadaku, dia meninggalkan desa dan keluarganya karena mengalami KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) dari suaminya, maka terdamparlah dia ke rumah Bapak-Ibu di kampung Bangunharjo, di kota Solo. Itu terjadi di tahun 1977

Yu Wi datang pada saat Adikku nomor 3 yang tinggal di Semarang akan melahirkan anak pertamanya. Jadilah Yu Wi diajak ke Semarang untuk membantu mengurus bayi yang akan dilahirkan. Tetapi itu tak lama karena ternyata anak Yu Wi yang kecil di desa sakit, sehingga dia harus pulang ke Wonogiri. Akhirnya Adikku melahirkan anak pertamanya di rumah orang tua kami di Solo.

Ketika Nenekku (ibunya Bapak) menderita stroke, Yu Wi diminta Ibu kembali ke rumah kami di Solo untuk merawat beliau. Sebelum sakit, Nenek tinggal di rumahnya sendiri di Kampung Baluwarti Solo. Dengan telaten Yu Wi melaksanakan tugasnya mengurus dan merawat Nenek sampai akhirnya beliau wafat.

Setelah wafatnya Nenek, Yu Wi kemudian diminta membantu mengurus pekerjaan sehari-hari di rumah Kakak pertamaku di Solo, di Kampung Brondongan. Tahun-tahun itu adalah jaman kejayaan Batik Solo. Kakak mempunyai usaha batik tulis yang cukup sukses. Berada di rumah Kakak selama 6 tahun, sampai suatu hari Yu Wi diminta Bapak untuk mengurus bayi, anak pertama dari Adikku nomor 4 yang tinggal di Bekasi. Yu Wi berada disana sebagai pengasuh bayi hingga anak itu masuk sekolah dan kemudian mengasuh dan merawat adiknya yang lahir kemudian.

Bapak berpulang kembali kepada Sang Pencipta di tahun 1991. Sepeninggal Bapak, Ibu tinggal di rumah Adikku di Bekasi, bahkan disana Ibu sempat membuka Toko Kecil sekedar untuk mengisi kesibukan. ­­­­­­­Ketika beliau semakin sepuh,  di usia 75 tahun terkena serangan stoke, Yu Wi pun kembali kami minta untuk merawat Ibu di Jakarta. Serangan stroke yang ketiga mengakibatkan beliau wafat, itu terjadi pada tahun 2013 di usia 84 tahun.

Setelah Ibu wafat, aku sempat menanyakan kepada Yu Wi, apakah akan pulang ke Desa atau tetap bekerja di rumahku bersama-sama dengan Asisten Rumah Tangga yang sudah ada, mengurus keluargaku. Rupanya Yu Wi memilih tetap bekerja di rumahku supaya dekat dengan anak-cucunya yang bekerja dan tinggal di Jakarta.

Begitulah, selama 39 tahun Yu Wi selalu bersama kami. Sebegitu lamanya dia membaktikan diri membantu keluarga besar kami, belum pernah sekalipun aku mengunjungi keluarganya di kampung. Sungguh sangat  keterlaluan aku ini ...........

Dan hari ini, aku berdua suami menuju desa Kembang, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri, rumah orang tua Yu Wi. Yu Wi sendiri sudah berangkat ke desa beberapa hari sebelum keberangkatanku. Tidak seperti yang aku gambarkan, bahwa daerah Wonogiri itu kering dan gersang, ternyata hijau subur. Dari kota Wonogiri kami ke arah timur melewati Waduk Gajah Mungkur, masih terus. Jika lurus terus, jalan ini akan menuju kota Pacitan. Setelah sampai daerah Jatisrono, untuk menuju ke desa Yu Wi, kami berbelok kekiri. Dari sini jalan terus menanjak dan rasanya seperti mengelilingi punggung gunung. Aku melihat sawah menguning, sebagian sudah dipanen. Mobil terus mengikuti jalan satu-satunya,  melewati sebuah gedung sekolah SMP. Menarik perhatianku, di pinggir jalan sepanjang gedung sekolah itu, pohon-pohon kelengkeng mulai berbunga. Rupanya daerah ini cocok untuk bertanam kelengkeng. 




Disini Rumah-rumah sudah bagus, hampir tidak ada yang reyot. Daerah Wonogiri dikenal sebagai daerah dimana warganya menjadi Perantau. Para Perantau inilah yang membangun desanya. Diantara rumah-rumah yang lumayan bagus dan berpagar tembok itu terdapat mobil parkir di garasinya. Dari jalan raya ke rumah Yu Wi perlu waktu 45 menit jika naik kendaraan mobil, atau ongkos Rp. 100.000 jika naik Ojek. Di hari pasar, ada kendaraan yang sampai ke rumahnya. 

Akhirnya sampailah kami ke rumah Yu Wi. Rumahnya besar, cukup luas, berlokasi di atas perbukitan yang berhawa dingin. Halamannya diplester semen untuk menjemur padi dikala panen. Di sebelah kanan rumah agak jauh, ada kandang kambing dengan beberapa ekor kambing yang tak henti mengembik meminta makan. Itulah hasil jerih payahnya bekerja selama ini, sedikit demi sedikit ditabung untuk membangun rumahnya. Udaranya yang bersih dan segar, rasanya seperti di puncak gunung. Melihat kebawah tampak jalan menurun, atap rumah-rumah dan pepohonan di pekarangan tetangga yang hijau.

Aku dan suami diperkenalkan kepada ibunya yang sudah sepuh tetapi masih sehat dan segar, juga adik-adik serta keponakannya. Keluarganya menyambut kami dengan hangat, menyediakan hidangan makan siang dengan minuman es kelapa muda yang segar. Kamipun menikmati silaturahmi yang menyenangkan.  

Apa yang menjadikan Yu Wi setia sampai puluhan tahun bersama kami? Aku sendiri tidak tahu persis, tetapi memang kami semua, sudah menganggapnya sebagai keluarga sendiri. Bayi-bayi yang dahulu diasuhnya, yang adalah para keponakanku, sekarang sudah bekerja. Ketika acara Wisuda S1 dan S2 mereka di Kampus ITB, Yu Wi pun ikut hadir menemani Adikku sebagai undangan. Semoga silaturahmi keluarga besar kami dengan  Yu Wi tetap berlanjut hingga kelak Allah SWT memanggilnya.

 

Wassalamu’alaikum ww.

Jakarta, 30 Januari 2016.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar