Jumat, 24 Juni 2016

Wisata Edukasi ke Malang dan Batu




Assalamu’alaikum ww.

Kali ini aku dan suami bersama semua anak cucu berlibur memanfaatkan sisa libur Lebaran mengunjungi kota Malang dan Batu.  Menurut Aisha, cucu pertama kami yang baru beberapa bulan ke Malang, "Yangti pasti seneng deh, disana ada Eco Park". Dia tahu kalau aku suka travelling ke tempat-tempat yang alami atau bernuansa keindahan lingkungan.

Jauh-jauh hari rencana ini sudah disosialisasikan. Dibuat Itinerary dan persiapan akomodasinya, mengingat kami akan pergi bersembilan. Yangkung Yangti bersama dua keluarga anak kami, yang masing-masing sudah punya momongan. Ketiga gadis kecil kami itu adalah Aisha, Lila dan Allura.

Hari Pertama. Mendarat di Bandara Juanda Surabaya, Aisha, Lila dan Allura kelihatan ceria. Mereka  bercanda bertiga, sambil naik keatas koper-koper yang didorong oleh ayah mereka. Surabaya yang dulu panas, sekarang tampak berbeda. Pohon-pohon peneduh menghiasi sepanjang jalan yang kami lalui. Rupanya tangan dingin dan hati bu Risma telah berhasil merubah Surabaya.


Tujuan pertama kami adalah menyeberangi Jembatan Suramadu, untuk menikmati makan siang dengan menu bebek yang cukup terkenal di kota Bangkalan. Kami tidak menyangka bahwa sekalipun begitu banyak restoran bebek berderet di sepanjang jalan memasuki kota, namun semuanya antri. Yang terkenal adalah Restoran Bebek Sinjay dan Bebek Songkem.  Akhirnya nggak pilih-pilih lagi, kami masuk ke salah satu resto yang tidak begitu banyak pengunjungnya karena untuk jam makan anak-anak, waktunya sudah lewat.

Mobil yang telah kami pesan rupanya tidak sesuai dengan janji. Selain kondisi kendaraan yang kurang nyaman, pengemudinya juga tidak mengetahui jalanan Surabaya. Rupanya di liburan Lebaran ini Perusahaan Rental dimana kami memesan kendaraan sudah kehabisan Kendaraan dan Pengemudi, sehingga untuk kami diambilkan Kendaraan dan Pengemudi dari Bojonegoro. Kecewa dengan pelayanannya, di hari selanjutnya kami mencari Perusahaan Rental lain.

Kami menginap di Hotel Mercure Darmo. Begitu sampai hotel, ketiga gadis kecil kami segera menuju kolam renang untuk bermain air hingga senja tiba.  Ke Surabaya, tidak afdol kalau tidak mencicipi kulinernya. Ada yang membuatku penasaran dengan salah satu kuliner yang namanya "Rawon Setan".  Seperti apa ya?  Kami segera meluncur untuk menikmati makan malam disana. Di masa lalu, katanya tempat makan ini mulai buka jam 11 malam. Itulah sebabnya dinamakan “Rawon Setan”. Rupanya sekarang sudah berubah, waktu buka seperti biasa. Yang kami kunjungi ini adalah yang dari dulu aslinya disini. Mungkin sudah ada cabang yang lain. Tempatnya tidak terlalu luas, tetapi selalu penuh pengunjung. Rawon disajikan di mangkuk dengan rangkaian tauge mentah dan telur asin. Sedap sekali rasa dan aroma yang muncul ketika dimakan berbarengan, nasi putih, kuah rawon panas yang berisi daging sapi empuk, telur asin dan kerupuk. Barangkali  bagi penikmat rawon Surabaya, inilah masakan rawon yang paling sip. Masakan rawon yang sering aku nikmati sebelum ini adalah rawon  ibu Tris, tempatnya di dekat Bandara Adisumarmo Solo. Rawon ala solo inipun juga mak nyuss.....

Hari Kedua. Pagi hari, kami breakfast di hotel dan setelah kendaraan menjemput, segera menuju kota Malang. Dari Surabaya jam 10 pagi, di perjalanan singgah sebentar Porong, untuk melihat danau lumpur di Sidoarjo. Di bawah teriknya matahari tampak dihadapan kami, bukan lautan tetapi daratan lumpur yang agak berbau. Melihat fenomena lumpur Sidoarjo ini, mengingatkan kita untuk peduli dan bersikap baik terhadap alam.  Alam menjadi tidak ramah kepada manusia, jika manusia memperlakukannya dengan tak semena-mena. Kalau sudah menjadi bencana begini, apa yang bisa kita perbuat? Belum ada tehnologi yang dapat mencarikan jalan keluar atas permasalahan ini. Pertanyaan di kepalaku bermunculan. Akankah bertambah luas? Bagaimana dengan masyarakat  penghuni sebelumnya, dimana mereka sekarang? Sudahkah selesai permasalahan ganti ruginya? Mengapa Perusahaan yang melakukan tindakan ceroboh seperti ini masih diberi ijin untuk beroperasi?

Kembali ke kendaraan, Aisha dan adik-adiknya mulai lagi bercanda dan main bersama. Kadang ada yang marah, nangis, kemudian berbaikan tertawa-tawa lagi. Yah, itulah dunia anak-anak, dunia yang indah menyenangkan. Aku sebagai eyangnya berharap dan mendoakan, semoga kelak di masa dewasanya mereka menjadi wanita-wanita sholehah yang mempunyai peran dalam membawa tanah air Indonesia menuju zaman keemasannya. Amin..... 



Kota Malang hampir seperti Bandung. Selain sejuk, Malang juga kota kreatif.  Terbukti dengan adanya hal-hal baru yang membuat masyarakat ingin selalu mengunjunginya. 

Kami menginap di Hotel Horizon Ultima dan makan malam di sebuah tempat yang memppunyai masakan khas Soto. Rasanya lumayan, meskipun di lidah orang Solo seperti aku, tetap lebih memilih Soto Trisakti.


Hari Ketiga. Tujuan kami adalah kota Batu, dimana terletak banyak tempat wisata baru, wisata edukasi dan budaya untuk anak-anak. Berdasarkan hasil browsing internet, beberapa tempat yang kami pilih untuk dikunjungi antara lain : Eco Green Park, Museum Satwa, Museum Angkut dan Batu Night Spectacular. Semuanya berada di lokasi yang berdekatan dan merupakan bagian dari Jatim Park.  Kami akan seharian berada di kota ini, karena untuk mengelilingi salah satu tempat wisata saja, memerlukan waktu yang lumayan panjang.

Pertama, kami menuju obyek wisata Eco Green Park, yang merupakan obyek wisata edukasi dan lingkungan. Wisata ini dimaksudkan untuk mendidik pengunjung dewasa maupun anak-anak, menambah kecintaaan terhadap alam, sambil memanfaatkan semua hal yang berhubungan dengan semangat melestarikan alam Go Green. Tujuannya adalah agar generasi muda turut serta melestarikan alam serta memanfaatkan daur ulang menjadi bentuk baru yang bisa berdaya guna. Tentu saja disertai dengan beberapa permainan untuk menarik perhatian dan membuat gembira anak-anak. Mottonya adalah Fun and Study.

Ada berbagai wahana edukasi yang dapat dikunjungi, antara lain : Biogas, Hidroponik, Strawberry dan Jamur, Pengolahan sampah, Pengolahan Susu, Perkebunan Sayur dan lain-lain. Juga ada  Jungle Adventure, musik, out bound, dan lain-lain. Tetapi kami hanya mengikuti pilihan Aisha, Lila dan Lura, melihat obyek yang menarik minat mereka.

Memasuki pintu depan, disambut dengan miniatur candi-candi di Indonesia. Selanjutnya kami menemukan sebentuk gajah yang dibuat dari barang-barang bekas seperti Monitor Komputer, Tablet, Hand Phone dan peralatan lain. Bagus sekali. Inilah salah satu ikon Eco Green Pak, yang memperlihatkan secara nyata bahwa barang-barang bekas itu telah menjadi sesuatu yang lain yang juga bermanfaat.

Kami menyewa sepeda listrik (dengan baterai) menyusuri jalan  satu arah yang berliku sambil menikmati kicauan burung-burung cantik di kandang-kandang yang berderet. Sesekali berfoto dengan burung-burung itu. Aisha, Lila dan Lura tampak gembira bergantian berboncengan naik sepedanya.






Ada satu obyek yang cukup seru untuk anak-anak yaitu Rumah Terbalik. Ini adalah replika rumah dengan ukuran sebenarnya, namun posisinya semua terbalik. Ide yang kreatif. Sambil takut-takut Lila tetap ikut masuk ke dalam mengikuti kakaknya. 

Pada akhirnya kami sampai di sebuah area Restoran seperti Food Court dengan atap terbuka yang digantungi pot tanaman bunga-bunga Petunia. Duh, cantik sekali. Makan siang bersama orang-orang tersayang dibawah naungan bunga-bunga indah, terasa lebih nikmat.....
Setelah menikmati makan siangnya, Aisha dan adik-adiknya menghambur ke pentas burung yang berada disamping Food Court karena pertunjukannya akan dimulai. Menarik sekali, ternyata bukan hanya lumba-lumba yang dapat diajari, burung-burung pun juga bisa dilatih dan mau mengikuti perintah pelatihnya. 


Masih banyak obyek yang luput dari perhatianku, tidak sempat ditengok atau hanya sebentar sekali sekedar numpang lewat saja. Bioskop 3 demensi Hanoman, Jungle Adventure, Koleksi Kupu-kupu dan Serangga, Plaza Musik, Walking Bird, Eco Science Center, Pemerahan susu sapi, Pengolahan sampah, Pembibitan tanaman dan lain-lainnya. Karena pada dasarnya aku menyukai hal-hal seperti ini, berharap suatu ketika nanti dapat mengulangi kunjungan ini.

Hari terasa panas, terik matahari menyengat ketika kami meninggalkan Eco Green Park menuju  Museum Satwa. Lokasi Museum Satwa tidak jauh dari Eco Green Park. Gedung dengan 6 pilar berdiri tegak nan kokoh, diapit dua penjaga berupa Gajah besar yang berada di sisi kanan dan kirinya ini menyambut kedatangan kami. Memasuki ruangan langsung mak nyessss ...., begitu  terasa sejuknya Ac. 


Masuk kedalam, suasana hening. Tidak banyak pengunjung di museum ini, sehingga terasa lengang.

Sebuah Sangkar atau Kurungan raksasa dengan kursi taman di didalamnya, mengundang kita untuk duduk sebentar menikmati taman didalam sangkar itu. Spot bagus untuk berfoto. Masuk lagi kedalam, kita akan disuguhi replika dua ekor Dinosaurus besar yang seolah-olah sedang berlaga. Ini juga merupakan spot bagus buat berfoto.

Di museum ini, jenis binatang yang dipamerkan cukup beragam. Ada yang dipamerkan dalam bentuk binatang yang telah dikeringkan, dalam bentuk foto, atau lukisan. Binatang-binatang itu diletakkan di dalam kaca. Beberapa diantaranya menarik karena tampak seperti sebenarnya, Beruang Kutub yang berdiri diatas bongkah-bongkah es yang membeku dan Singa berkelahi dengan Zebra. Selain binatang-binatang yang masih ada di jaman sekarang, juga dipamerkan fosil binatang purba seperti Dinosaurus dan Mammoth.




Selanjutnya kami menuju ke lokasi Museum Angkut. Menurut brosur yang ada, ini adalah Museum transportasi modern pertama di Indonesia dan Asia, yang memadukan unsur seni dan budaya dengan konsep edukasi dan entertainment. Tempat wisata seperti ini rasanya tidak kalah dengan tempat-tempat wisata di luar negeri. Selain berada di lokasi sejuk di lereng Gunung Panderman,  juga luas dan nyaman, dengan bangunan-bangunan model Eropa.  Isinya sangat lengkap, karena lebih dari 300 koleksi kendaraan ditampilkan.
Di pelataran halaman depan dekat tempat penjualan tiket, sudah dipajang Kendaraan Lapis Baja seperti Panser. Disini saja, anak-anak sudah dipancing rasa ingin tahunya. Mereka tertarik untuk naik dan melihat-lihat apa yang ada didalamnya. Kemudian, ketika masuk kedalam museum, berturut turut diperlihatkan moda transportasi dari jaman dahulu hingga sekarang. Dari gerobag sapi hingga kereta kencana, dari sepeda ontel, becak hingga sepeda motor, dari bajay, mobil, kereta api hingga helikopter. Berbagai merk motor dan mobil seperti Ducati, Vespa, Chevrolet, VW, Mercedez, masih kelihatan bagus dan terawat, walaupun usianya sudah tua. Aku melihat mobil Chevrolet tahun 1932, berarti umurnya sudah 83 tahun, masih tampak kinclong. Barangkali mobil-mobil ini milik para Kolektor. Di hari akhir pekan dan hari libur, ada pertunjukan Parade Museum Angkut dan Movie Star Studio, dimana ditampilkan mobil-mobil tua itu dinaiki figur-figur yang disukai atau setidaknya dikenal anak-anak, seperti Super Man, Dracula, dan Princes-princes. Bagus sekali......


 

 

Menuju pintu keluar, ternyata disebelahnya masih ada lagi satu Bangunan yang bisa dilihat. Aisha dan adik-adiknya, ditemani ayah mamanya melanjutkan eksplorasinya kesana. Aku berdua suami lebih suka menikmati pemandangan Gunung Panderman yang gagah itu sambil merasakan udara  yang semula sejuk mulai menjadi dingin. Bunga-bunga merah indah menghampar di hadapan kami.

Rupanya sudah waktunya anak-anak makan. Keluar dari Museum Angkut, kami disambut dengan Restoran-restoran di sekeliling kolam. Kami memilih salah satu diantaranya yang sesuai dengan selera gadis-gadis kecil kami, dan kemudian menikmatinya dipinggir kolam.

Masih ada satu obyek wisata lagi yang akan kami lihat yaitu  Batu Night Spectacular. Lokasinya tidak jauh dari tempat-tempat yang tadi telah kami kunjungi. Arena pertama yang kami temui adalah permainan, dimana anak-anak mencoba menaiki patung sapi yang berputar dan makin lama semakin kencang. Dalam beberapa detik saja, siapa yang naik akan terlempar jatuh.

Ketika dari luar pagar melewatinya, hari masih terang, kami tidak melihat sesuatu yang specifik didalamnya. Tetapi kemudian setelah antri tiket dan berhasil masuk area Batu Night Spectaculair, senja telah berganti malam, lampion-lampion dengan berbagai ukuran dan berbagai bentuk telah menyala dengan indahnya.Cantik sekali.......

Aisha, Lila dan Lura masing-masing berfoto di dekat lampion kesayangannya. Ada yang berbentuk bunga, binatang, tokoh kartun, dan sebagainya.Setelah puas mengelilingi Batu Night Spectaculair, dan capai berjalan kaki seharian, akhirnya mereka minta pulang kembali ke hotel.




Hari keempat. Acara bebas. Aku berdua suami mau ke Blitar, ke makam Bung Karno, Pahlawan Nasional dan Proklamator yang aku kagumi. Anak pertama kami bersama keluarga masih akan melanjutkan wisata edukasi ke Batu, ke Museum Tubuh.  Anak bungsu kami  dengan keluarganya mengunjungi salah satu perusahaan pembuat boneka, terkait dengan usaha bisnisnya.

Perjalanan dari Malang ke Blitar memerlukan waktu 3 jam jika dilalui dengan santai. Sampai Blitar kami langsung menuju makam. Sesuai peraturan Pemkot Blitar, mobil diparkir agak  jauh dari lokasi makam, dan kami berdua naik becak. Becaknya akan menunggu hingga ziarah kami selesai. Tentunya ini  salah satu upaya untuk memberikan penghasilan kepada para Tukang Becak di sekitar makam, sekaligus menata ketertiban kota, karena setiap hari berpuluh bus dan mobil membawa ratusan orang Peziarah mengunjungi kota Blitar.

Sebenarnya beberapa tahun yang lalu aku sudah pernah mengunjungi makam Bung Karno. Waktu itu makamnya masih sederhana. Sekarang area sekeliling lokasi sudah diperluas menjadi bagus, ada Masjid, Ruang Tamu, Perpustakaan dan lainnya. Menuju makam, kami melewati tangga turun kemudian masuk ke  pelataran sebuah bangunan rumah joglo, dimana ditengahnya terdapat satu-satunya makam dengan batu nisan berwarna hitam. Itulah makam Bung Karno, salah seorang Pendiri negeri ini, Kami bersama-sama Peziarah lain berdoa, memohonkan ampunan atas dosa-dosanya, dan semoga beliau mendapat tempat yang layak disisi Allah SWT, sesuai dengan apa yang telah diperjuangkannya  untuk bangsa ini.




Sebelum meninggalkan makam Bung Karno, kami sempat sholat jamak takdim di masjid di dekat makam.  Waktunya makan siang tiba, kami mencari kuliner khas kota Blitar.  Dari bertanya kesana kemari, akhirlah bertemu dengan masakan "ikan kutuk" atau ikan gabus dengan bumbu kuah santan di sebuah Warung Makan di Jalan Tanjung nomor 5 Turi, Blitar.  Lumayan enak......

Hari mulai senja ketika kami tiba kembali di kota Malang. Sesuai janji, kami sekeluarga akan menikmati hidangan makan malam dari sebuah Resto Jadul (jaman dulu) tetapi cukup terkenal di kalangan wisatawan. Namanya Resto Inggil, berlokasi di tengah kota Malang.

Di depan rumah makan ini, terdapat Toko Cinderamata khas kota “Ngalam”, demikian arek Malang menyebut nama kotanya. Rupanya bertepatan dengan malam minggu, resto penuh pengunjung. Untung kami sudah dapat tempat duduk di satu ruangan, dengan penataan yang antik, dindingnya penuh dengan kaset lagu-lagu jadul. Sambil menunggu makanan dihidangkan, aku melihat Aisha dan adik-adiknya  menghilang. Ternyata mereka melihat pentas tari di ruangan utama resto.



Hari kelima. Hari ini adalah hari terakhir kami berlibur. Setelah menyelesaikan urusan cek out hotel, kami akan mencari oleh-oleh. Pak Sopir menunjukkan tempatnya. Aku lupa nama tokonya, tetapi ingat bahwa toko itu berlokasi di suatu tempat seperti gudang. Model tokonya seperti supermarket, yang menyediakan berbagai jenis makanan khas Malang, demikian pula T Shirt yang ada kata “Ngalam”nya lengkap tersedia.


Dari Malang kami langsung menuju Bandara Juanda Surabaya tanpa mampir-mampir lagi, karena harus mengejar keberangkatan pesawat ke Jakarta. Selama lima hari kebersamaan kami dengan anak-cucu telah menorehkan kenangan manis. Semoga  kesempatan seperti ini akan terulang lagi suatu waktu kelak disini atau ditempat lain. Inshaallah.......
 

Wassalamu;alaikum ww.

Jakarta, 27 Juli 2015.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar