Assalamualaikum ww.
Tanggal 13 April 2019 adalah hari ulang
tahun suami tercinta. Aku sudah berencana untuk jalan-jalan berdua ke suatu
tempat yang belum pernah kami kunjungi. Pilihan jatuh ke Kota Penang, di Pulau
Pinang, Malaysia. Nah, hari itu kami berdua berangkat dari rumah menuju Bandara
Soetta. Sebelum ke Penang, tahun 2016 kami berdua sudah mengunjungi Malaysia
yaitu Kula Lumpur dan sekitarnya serta Melaka. Lihat cerita aku di wenidarmono.com
yaitu Mengunjungi Malaysia : (1) City Tour Kuala Lumpur : https://www.wenidarmono.com/2016/09/mengunjungi-malaysia-1-city-tour-kuala.html (2) Batu Cave dan
Genting High Land : https://www.wenidarmono.com/2016/09/mengunjungi-malaysia-2-batu-cave-dan.html#more dan (3) Melaka Kota Tua Bersejarah : https://www.wenidarmono.com/2016/09/mengunjungi-malaysia-3-melaka-kota-tua.html
Pesawat Citilink yang kami tumpangi full
seat. Rupanya banyak juga orang Indonesia yang berwisata ke kota ini. Mungkin
juga tidak semua berwisata, karena Penang juga terkenal sebagai tempat berobat,
dimana Rumah Sakitnya banyak diminati Warga Negara Indonesia. Pesawat
mendarat dengan smooth, dan kami dijemput Driver dari Travel yang sudah kami
pilih dari Jakarta,
namanya Pak Richard. Untuk keluar dari Bandara Penang, ternyata macet sekali. Kata
Pak Sopir, karena tidak ada Polisi, Biasanya Polisi yang mengatur sehingga tidak
semrawut seperti ini.
Hotel
kami berada di pusat kota George Town,
di Jalan Lebuh Noordin. Agak heran kok kamarnya sempit begini? Sempat untuk
minta pindah kamar yang lebih besar, tetapi ternyata tidak ada. Rupanya memang aku
yang teledor nggak memperhatikan dengan baik. Aku memilih Hotel Cititel, tetapi
diberikan Hotel Cititel Express. Yah………. sudahlah, nggak pa pa, hanya 3 malam
saja…….
Dalam kunjungan singkat ke Penang ini, ada beberapa tempat wisata yang dapat aku ceritakan.
George Town, kota tua
yang artistik
Untuk diketahui bahwa Negara Malaysia saat
ini, terdiri atas 11 Negara Bagian dan 2 Wilayah Persekutuan. Negara-negara
bagian tersebut ialah Kelantan, Terengganu, Pahang, Johor, Melaka, Negeri
Sembilan, Selangor, Perak, Kedah, Pulau Pinang dan Perlis, serta Wilayah
Persekutuan Putrajaya dan Kuala Lumpur.
Pulau Pinang ini merupakan salah satu
Negara Bagian Malaysia. Inilah wilayah di Malaysia yang pertama kali didarati pasukan
Inggris pada tahun 1786 di bawah pimpinan Kapten
Francis Light. Awalnya, Pulau Pinang merupakan wilayah Kesultanan Kedah
yang kemudian dijual kepada Inggris sebagai kompensasi perlindungan Inggris
untuk kesultanan itu dari ancaman Kerajaan Ayuthya (di Thailand). Atas nama Raja
Inggris saat itu, George III, Kapten Francis Light membangun kota dan memberi
nama George Town, yang sekarang menjadi ibu kota Negara Bagian Malaysia ini.
Jika diperhatikan, mayoritas penduduk Penang adalah etnis China, diikuti
kemudian etnis India dan suku Melayu sebagai penduduk asli.. Mengapa demikian? Ketika
berkuasa, pemerintah Inggris mendatangkan banyak tenaga kerja dari China untuk
membangun Pulau Pinang.
George
Town merupakan kota tua yang telah ditetapkan oleh UNESCO pada tahun 2008 sebagai
Situs Warisan Dunia. Banyak sekali gedung-gedung
dengan arsitektur Kolonial yang masih tegak berdiri dengan gagahnya serta masih
berfungsi dengan baik, sebagai Perkantoran
atau Hotel. City Hall dan Town Hall merupakan Gedung cantik peninggalan masa lalu
yang sangat terawat dan berfungsi sebagai Balai Kota.
Demikian
pula Gereja St George’s, Masjid Kapitan Keling, Kelenteng Hock Teik
Chen Sin dan Kuil Sri Maha Marimman merupakan bangunan yang sudah berumur
ratusan tahun. Sebuah rumah tinggal jaman dulu yang desainnya sangat unik
dengan warna merah menyala, disebut Khoo
Kongsi.
Selain
Gedung-gedung yang aku sebutkan diatas, di George Town wisatawan dapat melihat-lihat
Mural Street Art yaitu lukisan di
dinding-dinding tembok rumah-rumah warga, yang dilukis oleh seorang Seniman
Lithuania bernama Ernest Zacharevic.
Lukisan-lukisan ini dibuat dalam rangka George Town Festival 2012. Oleh karena
telah lama, lukisan yang cantik dan lucu itu warnanya mulai pudar, walaupun
demikian karena telah menjadi tujuan wisata, untuk berfoto disini, kita harus
antri.
Lukisan-lukisan itu menggambarkan kegiatan sehari-hari masyarakat Penang antara lain anak-anak yang sedang main layang-layang, ada yang sedang berboncengan dengan adiknya, kemudian ada seorang ibu penjual susu dan banyak lagi, yang bertebaran di Lebuh Armenian, Lebuh Ah Quee, dan sekitarnya di tengah kota George Town. Jika teman-teman ke Penang, jangan lupa mampir kesini ya. Oleh karena Penang cuacanya panas seperti negeri kita, maka untuk menikmati Mural Street Art ini lebih nyaman jika berangkat pagi sebelum matahari naik.
Selain
apa yang sudah aku kunjungi tersebut, Penang juga terkenal dengan keberadaan Clan Jetties. Apa itu? Perkampungan
atau pemukiman warga yang berada diatas air laut. Lokasi
pemukiman ini berada di sepanjang Jalan Pangkalan Weld. Sejarahnya, ketika para
tenaga kerja dari China didatangkan oleh Pemerintah Inggris, mereka tinggal di
rumah-rumah yang dibangun diatas laut ditepi pantai. Hingga saat ini rumah-rumah
itu masih ada dan mereka tinggali.
Diantara
yang masih ada, adalah milik keluarga atau Clan Lim, Clan Chew, Clan Tan, Clan Lee, Clan Yeoh dan Campuran dari berbagai
Clan. Kami mengunjungi salah satu diantaranya, yaitu Chew Jetty yang paling
banyak dikunjungi wisatawan. Untuk sampai ke kawasan ini, dari tengah kota
tidak terlalu jauh, bisa berjalan kaki atau menggunakan becak wisata. Bersama wisatawan
lainnya kami menyusuri jalan kayu semacam dermaga diatas laut. Dikiri
kanan jalan, rumah-rumah mereka sekarang dijadikan toko cinderamata atau warung
makan. Begitu sampai di ujung jalan kayu, terdapat sebuah rumah ibadah
Kelenteng berwarna merah. Banyak pengunjung yang selfi di tempat ini.
Tempat yang
menarik yang aku kunjungi selanjutnya adalah Masjid Kapitan Keling. Inilah masjid tua yang dibangun di tahun 1801
oleh Kader Mydin Merican Kapitan Keling, seorang pemimpin
komunitas muslim dari India Selatan. Bahan bangunan yang digunakan untuk
pembangunan masjid ini didatangkan langsung dari India. Masjid ini menggunakan
gaya arsitektur Timur Tengah. Menaranya berada di depan masjid. Meskipun telah
berumur ratusan tahun, masjid ini tampak masih sangat bagus, karena telah direnovasi
pada tahun 2003.
Selain masjid Kapitan Keling, saya juga mampir ke Masjid Lebuh Acheh yang berlokasi di Jalan Lebuh Acheh. Masjid ini dibangun oleh Tengku Syed Hussain Al Aidid, seorang Pedagang Aceh yang kaya raya di tahun 1808 dan hingga saat ini Masjid masih tetap terpelihara.
George Town diwaktu
malam
Penang
merupakan kota besar yang sibuk. Gedung-gedung tinggi memenuhi pusat kota,
khususnya disekitar Jalan Magazine. Disana terdapat 2 Mall besar, Ist Avenue Mall dan Prangin Mall. Juga hotel-hotel besar berada di lokasi ini.. Ketika malam tiba, Gedung-gedung itu gemerlap
bermandikan cahaya.
Diseberang Mall terdapat sebuah tempat makan Masakan Melayu
yang dari luar tertulis menjual Nasi Lemak dan Nasi Kandar. Sebenarnya ingin
mencicipi makanan ini, seperti apa yang disebut Nasi Kandar itu? Sayang sekali, sudah mau tutup.
Di Food Court
Mall, aku mencoba makan nasi dengan Sup Tom Yam. Harganya 12 Ringgit. Selain kedua
Mall di pusat kota George Town, ada satu lagi Mall yang bagus dan megah, namanya
Gurney Mall. Aku sempat mengunjungi
mall ini di hari ketiga berada di Penang. Kalau tentang Mall, sepertinya
Jakarta punya banyak yang lebih bagus lagi.
Salah satu tujuan wisata yang juga
menarik adalah sebuah bukit ditengah Pulau Pinang yang tingginya 830 meter diatas
permukaan laut. Udaranya cukup sejuk sekitar 18 -25 derajad, sehingga sangat
nyaman berada disana. Di puncaknya, terdapat banyak tempat yang menyenangkan buat
wisatawan. Untuk mencapai ke Puncak Bukit itu, kami terlebih dahulu menuju Bukit Bendera, yang merupakan stasiun
pemberangkatan kereta listrik menuju Puncak.
Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar
5 menit tanpa berhenti dan kereta naik dalam posisi kemiringan 45 derajat. Harga
tiket untuk pulang pergi 30 Ringgit per orang. Menurut informasi yang aku
dapatkan, jalur kereta Bukit Bendera ini sudah ada sejak tahun 1801, dan ini
merupakan generasi ke 4 yang di luncurkan sejak tahun 2011.
Antrian untuk menunggu kereta itu mengular
panjang tetapi tetap tertib. Aku perhatikan, selain turis lokal
Malaysia, banyak turis yang berasal dari China dan negara-negara sekitar
Malaysia. Apa saja yang bisa dilihat di Puncak Penang Hill? Yang tampak di
hadapanku adalah pemandangan alam yang cantik. Pohon-pohon besar dengan bunga-bunga
yang berwarna cerah. Dari kejauhan, tampak kota George Town dengan
gedung-gedung tingginya. Pengunjung dapat berjalan-jalan disekitar area terbuka,
yang di pinggirnya terdapat restoran dan café. Jika berminat, dari tempat ini dapat
tracking kebawah menuruni lereng bukit, atau jika ingin mengikuti pendakian
dari bawah, diawali dari Penang Botanic Garden selama 2,5 jam. Di area ini juga
banyak disediakan spot-spot bagi para penggemar foto.
Rumah
Sakit di George Town Penang
Selama berada di Penang, aku bertemu
dengan beberapa orang yang sedang berobat atau mengantar/mendampingi
keluarganya berobat di Rumah Sakit Penang. Informasi yang aku dapatkan, mengapa
banyak warga negara Indonesia yang berobat kesini adalah bahwa pertama, banyak
dokter ahli untuk penyakit-penyakit tertentu dan kedua biaya pengobatannya
lebih miring dari pada jika berobat di Indonesia. Apakah hal tersebut benar
atau tidak, tentu mereka yang bisa menilai.
Beberapa Rumah Sakit yang banyak diminati saudara-saudara
kita adalah Rumah Sakit Aventies bagi
yang sakit jantung dan Rumah Sakit Gleneagles
bagi yang sakit kanker dan juga Rumah
Sakit Island. Informasi ini cukup bermanfaat bagi aku, untuk diri sendiri yang
semakin berumur maupun untuk orang lain yang memerlukan.
Nah teman-teman, itulah oleh-oleh
perjalananku ke Penang.
Masih ada landmark Penang yang belum sempat
aku lihat, yaitu dua buah jembatan yang menghubungkan Pulau Pinang dengan
daratan Malaysia atau yang disebut Seberang Prai. Jembatan yang pertama sepanjang
13,5 km, diresmikan pada tahun 1985 dan jembatan kedua sepanjang 23.5 km diresmikan
pada tahun 2014.
Semoga suatu ketika akan sampai kesana.
Insyaallah……
Wassalamualaikum ww.
Jakarta, 30 April 2019.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar