Assalamu’alaikum ww.
Tepat jam 07.50, hari Kamis pagi tanggal 5 Juli
2018, kereta api mulai bergerak perlahan. Inilah untuk pertama kalinya aku naik
kereta api Parahyangan setelah sekian lama tak pernah melakukannya. Ini
merupakan pengalaman pertama naik kereta api di jaman now, dimana tiket dibeli
di Indo Maret sehari sebelumnya. Dan tadi pagi, sesuai peraturan PT. KAI, bukti
bayar dari Indo Maret ditukarkan tiket di Stadiun Gambir sejam sebelum
keberangkatan. Mengikuti para penumpang lain, aku mengisi form di komputer
Stasiun dan dengan mudah tiket keluar dari printer kecil didepan komputer.
Nah, waktu masih panjang untuk menunggu keretanya.
Jadilah kami berdua mencari sarapan yang hangat untuk pengisi perut. Stasiun
Gambir kini sudah berubah. Bangunannya menjadi
bagus, bersih, modern dan ramai sekali. Jauh
perubahannya jika dibanding kan dahulu. Berderet restoran
siap untuk menerima pengunjung.
Kami pergi berdua ke Bandung, sekedar jalan-jalan
dan ingin menikmati kereta api Parahyangan, yang dulu ketika anak-anak masih
kecil sering kami gunakan jika ke Bandung. Perjalanan kereta api menjadi
tidak terlalu membosankan, berkat gadget yang aku bawa. Suami yang duduk
disampingku sudah terlelap mengikuti irama jalannya kereta api.
Tiba di Stasiun Bandung Kebon Kawung tepat waktu.
Semula aku mau mencari kendaraan via on line. Tetapi rupanya kendaraan on line
tidak boleh masuk halaman Stasiun. Dari pada harus membawa koper berjalan
keluar cukup jauh, aku batalkan dan kemudian naik taksi AA yang tersedia di
stasiun menuju hotel yang sudah aku pesan.
"Bookingan ibu nggak ada" kata Petugas
Hotel Ibis Trans.
"Masak?"
"Dua hari yang lalu, saya sendiri yang pesan
melalui telepon.
Tadinya diterima oleh Operator, kemudian
disambungkan ke Reservasi. Diberi harga Rp. 550.000 per malam. Saya pesan untuk
2 malam. Ketika saya mau minta nomor rekening untuk transfer pembayaran,
diberitahu bahwa nanti dibayar ditempat"
"Iya, tapi tidak ada di data kami. Harga Rp.
550.000 itu harga untuk hari tersebut Bu.
Hari ini harga kami Rp. 800 sekian ribu, dan untuk
besuk harganya Rp. Sejuta sekian ribu. Itupun Ibu harus menunggu
hingga jam 14.00, apakah masih ada kamar yang tersedia"
Wah, rupanya karena begitu larisnya hotel ini,
booking yang sudah masuk harus dikorbankan untuk yang membayar lebih
besar. Pantaslah, di internet hotel ini ditulis oleh para netizen,
mengecewakan. Aku berunding dengan suami, dan setelah booking via telpon ke
hotel yang lain, kemudian mencari taksi menuju Hotel
Preanger.
Hotel Preanger adalah hotel besar dan hotel lama
yang sudah sejak jaman Belanda ada. Petugasnya ramah. Sopan santun kepada tamu
sangat dijaga. Walaupun hotel lama, semua fasilitas tetap layak. 2 malam kami
akan menginap disini.
Sebelum memulai jalan-jalan, kami Sholat lalu turun
untuk makan siang di coffee shopnya. Aku pesan sup Tom Yum dan nasi putih,
suami memilih nasi dengan Sop Buntut, tidak lupa secangkir black
coffee. Setelah makan siang, badan terasa segar dan bersemangat.
Tujuan jalan-jalan kali ini adalah Mall Ciwalk di Cihampelas. Menuju Ciwalk,
kami naik taksi AA. Di Bandung hanya terlihat 2 macam taksi. AA dan Blue
Bird. Rupanya taksi AA menjadi taksi langganan Hotel yang selalu standby.
Bandung masih menjadi tujuan wisata
favorit bagi masyarakat Indonesia, bahkan
banyak juga wisatawan Malaysia dan Singapura. Minggu-minggu
ini masih liburan anak sekolah, jadi suasana di Bandung ramai, lalu lintas
padat. Tujuan kami siang ini adalah Ciwalk, atau Cihampelas Walk. Namun
sebelumnya, aku penasaran dengan kuliner yang diceritakan di sebuah Blog, yaitu
Es Duren Pak Aip, di Jalan Tubagus Ismail. Meluncurlah taksi kami kesana.
Memang siip es durennya……
Sekedar mengisi waktu, kami ngobrol dengan pak Sopir taksi tentang hasil Pilkada, yang memuaskan. Dia mencoblos gambar Kang Emil. Dibawah kepemimpinannya, kota Bandung lebih maju. Menurut dia, yang memilih Kang Emil lebih banyak warga dari luar Bandung daripada warga Bandung sendiri. Barangkali banyak warga Bandung yang menjadi simpatisan dari Partai yang mempunyai calon lain.
Ciwalk tetap menyenangkan. Mallnya dipenuhi
pengunjung yang datang bersama keluarga. Tahun lalu, kami bersama anak dan cucu
juga berlibur ke Bandung, menginap di hotel Sensa, yang berlokasi tepat di
sebelah Ciwalk. Ke Ciwalk kali ini hanya pergi berdua, cukup cuci
mata saja. Untuk lansia seperti kami, tidak banyak yang ingin
dibeli. Pakaian Jadi yang dipajang disini tentu sudah tidak cocok
modelnya untuk kami.
Menyusuri jalanan Mall dan naik turun
escalator dalam waktu 1 jam sudah sama dengan berolahraga. Sambil istirahat
kami ngopi di sebuah Resto yang agak sepi, suamiku pesan Jus Jeruk hangat dan
aku pesan rujak/buah potong. Karena sambalnya sangat pedas, aku hanya menikmati
buahnya saja.
Demikianlah, hari pertama kami di Bandung.
Sebenarnya ada seorang sahabat yang tinggal di Bandung akan menemani
jalan-jalan, tapi entah bagaimana kok Hp nya tidak bisa
dihubungi. Sampai di hotel baru aku sadar, rupanya Hp akulah yang
bermasalah. Mungkin terlalu berat dengan banyaknya WAGroup yang
berisi foto maupun video. Setelah banyak yang aku hapus, Hp kembali
berfungsi normal dan tiba-tiba bermunculan kiriman foto-foto lucu dari Lila dan
Lura, cucu-cucu yang juga sedang liburan ditempat yang jauh. Mandipun ditunda
untuk ngobrol dengan mereka.
Hari Kedua.
Pagi sebelum
subuh seperti biasa aku sudah bangun. Aku bersyukur, bisa mengawali hari dengan
berkhidmad kepadaNya. Dan beberapa waktu kemudian, Masjid Besar di Alun-alun
Bandung, yang berada tak jauh dari Hotel Preanger, mengumandangkan Azan Subuh.
Pertama-tama yang aku kerjakan setelah Sholat adalah memasak air membuat kopi
sendiri yang aku bawa dari rumah. Kopi di pagi buta begini merupakan menu wajib
di setiap hari.
Waktu breakfast di hotel dimulai jam 7 pagi. Kami turun sarapan, sekalian bertemu sahabatku Rita, yang akan menemani kami jalan-jalan. Hari kedua di Bandung ini, kami akan ke Ciwidey melihat obyek wisata baru yang katanya sedang hits. Kemudian ke Dream Park di Dago, dan terakhir Ngopi di Kebun. Untuk itu, aku sudah pesan mobil yang akan mengantarkan, dengan harga sewa Rp. 500 ribu dari jam 8 pagi hingga jam 5 sore.
Kalau dulu,
ke Ciwidey berarti ke Situ Patenggang dan Kawah Putih. Kali ini ada obyek
wisata baru di Ciwidey yaitu Glamping Lakeside Rancabali dan Resto Pinisi.
Perjalanan ditempuh dalam 2 jam, melalui Jalan Tol kemudian jalan biasa atau
jalan lama. Jalan menuju Ciwidey masih sangat sepi, mungkin karena masih pagi.
Setelah melewati gunung teh, mobil terus menanjak ke atas hingga tampak
Restoran Pinisi.
Tiba di
lokasi, sekitar jam setengah 10, ternyata sudah banyak mobil-mobil yang
parkir di halaman depan. Kami menuju Restoran Pinisi yaitu sebuah bangunan kayu
bertingkat tiga berbentuk kapal, yang ujungnya tepat berada
dipinggir Situ Patenggang. Sebelum sampai ke kapal, terlebih dahulu melewati
sebuah jembatan gantung yang dibuat dari tali, jika kita lalui terasa
bergoyang-goyang.
Subhanallah….
Pemandangan
di seberang danau begitu indah. Lereng gunung yang hijau ditumbuhi pepohonan,
bagaikan sebuah lukisan. Nun di timur matahari mulai memancarkan sinarnya,
udara yang semula dingin mulai menghangat. Danaunya tampak jernih menyegarkan,
dikelilingi tanaman hias indah, tampak sangat serasi.
Di lantai 2 Kapal Pinisi telah banyak pengunjung..
Ada rombongan Polisi dari Polda Jabar. Juga rombongan ibu-ibu
berseragam kaos kuning sedang asyik berselfi ria bergantian di lokasi yang
paling OK untuk berfoto. Karena masih libur, banyak juga keluarga yang membawa
putra-putrinya kesini.
Kami berkeliling kapal, dan kemudian mencari tempat
duduk untuk menikmati kopi pagi dengan pisang dan tahu goreng sambil melihat
pemandangan indah yang terhampar didepan mata. Disini selain kopi sachet dan
kopi tubruk, juga disediakan kopi asli Ciwidey untuk dinikmati. Aku lebih suka
kopi yang tidak pahit, jadi pesan kopi susu .
Disamping Restoran Kapal Pinisi ini, terdapat
Glamping Lakeside, Glamour Camping, semacam penginapan atau hotel yang
berbentuk seperti tenda berwarna putih. Di pagi hari saja dingin, tak
terbayangkan bagaimana menginap dimalam hari. Berrr…… pasti sangat
dingin, aku nggak berani nginap disini, sekalipun gratis……
Ketika matahari mulai naik, kami meninggalkan
Ciwidey, kembali ke Bandung. Tujuan selanjutnya adalah Dream Park,
yang lokasinya berada di daerah Dago. Sebelum sampai daerah Dago,
kami lebih dulu makan siang dan Sholat di sebuah Warung Makan yang
menghidangkan masakan Sunda. Namanya Warung Taru. Masakan disini lumayan enak.
Berempat dengan pak Sopir, kami pesan dengan menu pilihan masing-masing : nasi
pecel, nasi timbel, nasi soto dan minuman es kelapa jeruk.
Sebagai tempat tujuan wisata, Dago
Dreampark masih baru, penataan lahan masih terus dilakukan. Daya
Tarik Dreampark ada pada pohon-pohon pinus yang menjulang tegak
berdiri, membuat suasana sejuk dan nyaman. Tentunya wilayah ini semula adalah
gunung pinus, kemudian ditata/diratakan tanpa menebang pohonnya. Di
lokasi yang agak luas dimanfaatkan untuk tempat bermain anak-anak maupun
dewasa. Antara lain permainan naik sepeda diatas pepohonan, ayunan
hammock dan lain-lain yang memacu adrenalin. Juga disediakan spot-spot untuk
foto atau selfi yang instagramable, paling disukai para remaja. Lokasi Dago
Dreampark cukup luas, sehingga banyak tempat yang bisa dieksplorasi. Banyak
permainan disediakan untuk anak-anak, jadi pas untuk mengisi liburan mereka.
Tidak lama kami berada di Dreampark. Sahabatku Rita
mengajak ke tempat yang menurutnya bagus. Sebuah tempat ngopi,
namanya Ngopi di Kebun, lokasinya berada di Jl. Cibanteng km 4,5
Mandala Mekar. Dari kota Bandung mobil naik terus ke atas menuju puncak
bukit. Semula belum terbayang, seperti apa tempat ngopi ini,
mengingat jalan yang kami lalui hanya jalan kecil
yang membelah perkampungan padat. Makin keatas jalanan semakin sepi
dan mulai banyak lahan yang kosong. Kira-kira perjalanan naik selama 30 -
40 menit, kami tiba di sebuah taman bunga...... …
Nah, inilah tempat kita akan ngopi sambil menikmati
bunga-bunga yang indah. Kopi dengan ditemani singkong keju dan pisang coklat
menjadi sangat nikmat. Sebelum kami tiba, sudah banyak
mobil parkir di halaman depan. Tampak rombongan ibu-ibu berselfi ria
di taman. Kamipun tak ketinggalan mengambil foto-foto taman bunga ini. Bangunan
di tempat ini dibuat terbuka dan bertingkat-tingkat, menyesuaikan kontur
lahannya. Di setiap lokasi terdapat meja kursi dibawah naungan tenda
payung serta dikelilingi tanaman hias dan bunga-bunga.
Turun dari
Kebun Bunga menuju hotel, kami mampir ke Indomaret untuk pesan tiket kereta
pulang ke Jakarta besuk pagi. Tak disangka, ternyata semua tiket sudah habis
terjual, kecuali yang berangkat jam 4 pagi dan jam 9 malam. Lalu sahabatku Rita
memesankan melalui telpon, tiket Citi Trans yang berangkat dari
Bandung jam 12.45.
Hari Ketiga.
Hari terakhir
di Bandung kami berdua santai. Setelah semalam packing, pagi ini sudah siap
dengan koper dan tas tenteng. Kami turun ke Coffee Shop untuk breakfast
sekalian cek out. Rencana kami di hari terakhir ini, sambil menunggu jam
berangkat Citi Trans, ingin merasakan suasana Ngopi di Cafe Le Delice, yang
terletak di Jalan Guntur. Menurut para netizen, Café Le
Delice punya kekhasan tersendiri, dekorasi ruangannya cantik,
sehingga layak untuk dikunjungi. Namun sayang sekali, sampai di sana
Cafe sedang dibook untuk acara pernikahan, sehingga tertutup untuk
umum.
Kemana kita ya? Masih ada waktu 2,5 jam yang bisa digunakan untuk menikmati Bandung. Aku minta pak Sopir taksi mengantarkan ke Paris Van Java, nama sebuah Mall di Bandung. Dulu aku dan Rita pernah jalan-jalan kesitu. Mall baru buka. Nggak apa. Kami berdua mengelilingi Mall dengan santai. Setelah berjalan cukup lama, mampir istirahat di Bakerzyn. Suami pesan Capuchino, dan aku pesan Avocado Float. Lumayan buat memanfaatkan waktu.
Sampai di
Citi Trans Jalan Pasteur, ternyata mobil yang akan kami tumpangi terlambat
datang dari Jakarta karena padatnya lalu lintas Jakarta - Bandung di
setiap week end. Menurut Petugas Citi Trans, mobil kami baru akan berangkat
nanti jam 14.15. Kamipun menunggu satu setengah jam lagi.
Alhamdulillah
….. akhirnya kami tiba Jakarta. Liburan 3 hari 2 malam di Bandung ini
cukup menyenangkan.
Jakarta, 08
Juli 2018.
Wassalamu'alaikum
ww.
Perlu diulang lagi dgn rombongan yg berbeda.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus