Jumat, 30 Juni 2017

Pemandian Air Panas GUCI


Assalamu’alaikum ww.
Hari Senin tanggal 28 Nopember 2016, kami kakak-beradik/bersepupu, delapan orang berangkat ke Guci. Guci adalah sebuah tempat wisata dimana terdapat pemandian air panas yang berada di selatan Slawi, Tegal, Jawa Tengah. Hari sudah agak siang ketika kami berangkat, Dapat dibayangkan, Jakarta di hari senen pagi ……. bak rimba mobil. Baru keluar dari rumah saja, sudah harus bersabar menghadapi kemacetan. Rupanya sebuah mobil putih mogok diatas jembatan layang di depan Mall Kalibata. Setengah jam lamanya menunggu kemacetan terurai sebelum Pak Polisi hadir. Kami menggunakan dua mobil, berjanji untuk bertemu di Rest Area Bekasi Timur, kemudian bersama-sama beriringan menuju Guci. 

Aku perkenalkan ya, para peserta dari yang tertua ke yang termuda. Suamiku mas Djoko Darmono dan Aku, kemudian Adik Sepupu suami, aku memanggilnya dik Nuk (suaminya telah almarhum), lalu Adikku yang nomor tiga, dik Gun (suaminya telah almarhum), Adikku yang nomor 4 dik Pri bersama isterinya dik Astrid, dan terakhir adik bungsu suamiku, dik Dib bersama isterinya dik Nancy. Kami semua sudah senggang karena sebagian sudah purna tugas, sedangkan aku masih aktif, tetapi sebentar lagi mau pensiun. Beberapa waktu yang lalu kami telah sepakat untuk berkumpul sebulan sekali,  sambil jalan-jalan ke tempat-tempat wisata yang dekat-dekat saja. Perjalanan ke Guci ini adalah pertemuan sembari jalan-jalan yang ketiga. 

Perjalanan ke Guci ini lumayan jauh tetapi relative nyaman karena didominasi jalan tol. Mengingat jarak tol yang panjang, kami memutuskan beristirahat di Rest Area Kedua setelah masuk Tol Cipali yaitu di Resto Pring Sewu. Tadinya kami pesan minuman saja karena makanan sudah kami siapkan dari rumah masing-masing. Tetapi kemudian menambah sayur Cap Jay dan Kangkung Ca. Asyik dan seru, makan siang dengan Ikan masak kuning dan balado kentang, sayuran serta sambal pedas. Kemudian ngopi ……….. dan tak lupa foto-foto selfi……..


Di hari biasa Jalan Tol Cipali tidak padat. Selepas dari Tol kami menuju kota Tegal, dan kemudian  kearah Slawi. Untuk memudahkan perjalanan, aku mengaktifkan Google Map.  Mulai pertigaan di Lebak Siu, belok ke kiri kemudian naik keatas, jalanan sudah mulus, Menyusuri kelok-kelok lereng gunung, udara mulai dingin. Jendela mobil kami buka sedikit untuk merasakan semilirnya angin gunung. Jalanan sepi karena kami datang bukan di hari week-end. Kami langsung menuju Hotel Sankita, yang telah kami pesan sebelumnya. 

Alhamdulillah akhirnya kami sampai di hotel. Segera saja Sholat jamak Dhuhur Ashar, sebelum habis waktunya. Masing-masing kemudian langsung beraktifitas, ada yang beberes, ada yang langsung nyemplung di kolam air panas di depan hotel, dan ada yang mempersiapkan makan malam. Melihat kolam air panas yang bening dan beruap di depan hotel, walaupun hujan gerimis tak menyurutkan keinginan untuk berendam di kehangatannya. Airnya sungguh bening dan tidak ada bau belerang sedikitpun. Terbayang, jika tiga gadis kecilku ikut, pasti seneng bermain air hangat di kolam depan hotel ini. Karena tidak disediakan kolam untuk anak kecil, tentu mereka harus menggunakan ban.



Tak terasa senja mulai turun. Tampak kabut menyelimuti pepohonan di lereng Gunung Slamet. Makan malam terasa  nikmat karena dik Astrid sudah mempersiapkan masakan Tom Yum yang dibawa dari Bekasi dalam keadaan matang tetapi kuahnya dipisah, sehingga tinggal mencampur saja. Kompor yang dibawa tidak digunakan karena di vila yang terdiri dua kamar ini ada dapur kecilnya. Memang ketiga adikku itu, dik Gun, dik Astrid dan dik Nancy semuanya jago masak, masakannya seperti masakan restoran. Aku yang nggak bisa masak tinggal santai menikmatinya. Dan akhirnya kami terlelap di pelukan malam di kota kecil yang dingin ini.

Azan subuh terdengar, ketika aku bangun. Wah, dingin sekali. Selimut tebal rupanya meredam dingin semalam sehingga tidurku nyenyak. Suara gemericik air yang jatuh di atap vila, menandakan hari hujan. Bergegas rapi-rapi ruangan kemudian mandi. Sementara bapak-bapak mencuci mobil, ibu-ibu yang sudah rapi dengan membawa payung mulai keluar hotel berjalan santai menyusuri jalanan mulus menanjak disamping hotel

Gerimis telah reda. Pagi masih belum terang benar, tampak jajaran pohon pinus yang cantik  mengingatkanku pada kota Tawangmangu di kaki Gunung Lawu yang dulu sering aku kunjungi. Meski gerimis turun lagi, kami  tetap keukeuh karena sudah tersedia payung di tangan. Sambil menikmati segar dan dinginnya udara pagi, kami terus berjalan naik, melewati Makam yang dikeramatkan di daerah ini. Khawatir belum tahu lokasi dimana Pemandian Air panas, akhirnya kami menanyakan ke seorang Bapak Pemilik Kendaraan yang sedang parkir di tepi jalan, apakah bisa mengantarkan ke Pemandian, Mengantar sampai ke Pemandian dan kembali ke hotel ongkosnya 10 ribu rupiah per orang. Kami sepakat dan berangkat dengan mobil Pick Up, yang sepertinya  adalah kendaraan pengangkut sayuran 


Dalam perjalanan, kami mampir ke sebuah Air Terjun, namanya Air Terjun Jedor. Sebentar aku melihat kebawah, kelihatannya tidak terlalu curam. Namun kami berhati-hati, karena banyak terjadi tempat-tempat seperti ini longsor. Hari sudah  mulai terang. Kendaraan meneruskan perjalanan melalui rumah-rumah penduduk yang masih tertutup pintunya, Anak-anak dengan seragam mulai tampak berjalan menuju sekolah. Sampai di sebuah Jembatan kami turun. Disinilah lokasi Pemandian Air Panas Guci. Di sebelah kanan jembatan, tampak masih asli, berupa kolam seadanya. Masuk ke sini tidak dipungut biaya. Sedang disebelah kiri jembatan, dipungut biaya karena kolam dibuat lebih bagus dan lebih tertata.


Kami menuju ke sebelah kanan Jembatan. Tampak Air terjun yang mengalir ke sebuah sungai. Terdapat di sisi kiri, beberapa kolam sederhana bertingkat-tingkat. Air panasnya dialirkan melalui pipa pralon besar dan muncul di dinding kolam sebagai Pancuran. Karena jumlahnya 13, disebut Pancuran 13. Belum banyak pengunjung yang berendam mandi disini. Kami menikmati air hangat dengan hanya memasukkan kaki di kolam


Puas bermain air dan berfoto-ria, kemudian kami diajak pak Sopir ke Pasar Oleh-oleh, dimana banyak dijual berbagai makanan produk setempat. Aku agak takut melihat Manisan Pepaya dengan warna-warni yang mencolok mata, Jangan-jangan menggunakan pewarna kimia. Ada juga sayuran dijual disini. Buah petai yang ranum-ranum teronggok di toko yang kami kunjungi. Sayang di rumah  tidak banyak yang suka makan petai.

 
Kembali ke hotel, ternyata  bapak-bapak sudah menikmati sarapan nasi goreng dan teh hangat yang disediakan hotel, dinikmati di pinggir kolam.  Kamipun langsung nimbrung memesan nasi goreng juga. Duh, betapa nikmatnya duduk berkumpul keluarga sambil ngobrol di tempat yang sejuk ini.

Di depan kami tampak lereng-lereng pegunungan Slamet dengan pepohonan yang rimbun nan hijau. Semoga masyarakat dan pemerintah daerah disini telah memahami pentingnya menjaga pepohonan tanaman keras itu, agar tetap tegak berdiri dan rimbun, agar air yang selama ini menjadi daya tarik wisata Guci tidak mengering. Jangan sampai lahan di lereng-lereng itu berubah menjadi kebun sayur sehingga tidak ada lagi penahan tanah dan penyerap air hujan, yang pada akhirnya akan mengakibatkan longsor. Kembali adik-adik turun ke kolam air panas dan berenang sepuasnya.
 
Sebelum tiba waktu cek out, kami makan siang bersama lebih dahulu dengan menghabiskan masakan yang telah kami bawa, berfoto dan kemudian kembali ke Jakarta. Semoga suatu ketika nanti kami akan kembali ke Guci dengan keluarga, anak-cucu dan teman-teman lainnya.


Untuk sekedar diketahui, perjalanan Jakarta - Guci dan sebaliknya, memerlukan waktu 7 jam. Tol Jakarta - Cipali keluar Brexit dan sebaliknya, menghabiskan Rp. 325.000. Harga kamar Hotel Sankita di week day Rp. 375.000 dan di week end 400.000. Pelayanan Hotel lumayan bagus. Meskipun kami akan meninggalkan hotel hari ini, mereka mau membersihkan kamar kami. Nah, jika teman-teman ada waktu senggang, tinggalkan sejenak kepengapan Jakarta dengan merasakan sejuknya udara  dan segarnya air panas di lereng Gunung Slamet,  yang relative tidak jauh jaraknya dari kota Jakarta.


Jakarta, 4 Desember 2016.
Wassalamu'alaikum ww.

1 komentar: